Hadapi Global Warming, KCD Pendidikan VIII Jabar Hadirkan 'Pabrik Oksigen' di Ratusan Sekolah

Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah VIII Jawa Barat paham betul  pemanasan global atau global warming merupakan tantangan nyata yang harus diatasi bersama. Menyikapi itu, KCD  Pendidikan Wilayah VIII Jabar menginisiasi hadirnya pabrik oksigen melalui penanaman pohon di SMA, SMK dan SLB.

Hadapi Global Warming, KCD Pendidikan VIII Jabar Hadirkan 'Pabrik Oksigen' di Ratusan Sekolah
Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah VIII Jawa Barat paham betul  pemanasan global atau global warming merupakan tantangan nyata yang harus diatasi bersama. Menyikapi itu, KCD  Pendidikan Wilayah VIII Jabar menginisiasi hadirnya pabrik oksigen melalui penanaman pohon di SMA, SMK dan SLB.

Sementara itu, Plt. Kepala Sekolah SLB Negeri Pembina Isaris Arwianti mengatakan pabrik oksigen yang berada di sekolahnya ditanam pada lahan seluas 3 hektare. Dia menyebut saat ini sudah ada sekitar 600 pohon buah-buahan yang telah ditanam di lahan kosong yang sebelumnya banyak ditumbuhi rumput dan ilalang hingga setinggi atap rumah. "Buah-buahan bisa dimanfaatkan untuk dimasak, kedua untuk pembelajaran juga," jelas Isaris.

Dengan ditumbuhi oleh pohon yang bermanfaat juga, menurut dia, dapat menghilangkan biaya potong rumput. Sebab, dengan hadirnya pabrik oksigen, lahan tersebut otomatis harus terbebas dari rerumputan. Bahkan, lingkungan SLB Negeri Pembina Sumedang pun kini dipenuhi pepohonan yang menghasilkan oksigen dan buah. "Ya buahnya, ya oksigennya. Itu lah   kenapa mau ngambil pabrik oksigen," ucapnya.

Menurut Isaris, jika  program ini dilakukan di seluruh sekolah yang berada di lingkungan KCD Pendidikan Wilayah VIII Jabar, terutama di SLB maka akan menjadikan SLB kian berkembang. Apalagi jika nantinya dilaksanakan di seluruh sekolah yang ada di Jabar.

Hadirnya pabrik oksigen juga, menurut dia, cocok diterapkan di SLB sebagai perwujudan kurikulum merdeka. Terlebih dalam kurikulum merdeka ada yang dinamakan korikuler untuk mengembangkan pengetahuan siswa di luar jam pelajaran.

"SLB untuk akademik susah sekali. Jadi, saya berpikir dengan adanya kurikulum merdeka sangat cocok untuk di SLB dimana ada bermacam-macam hambatan," kata Isaris.***(avertorial)

 

Halaman :


Editor : JakaPermana