Hadiri Dies Natalis ke-33 Unjani, Prof Hendropriyono Tekankan Pentingnya Kedisiplinan dalam Orasi Ilmiahnya 

Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Kota Cimahi kembali memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) atau Dies Natalis yang ke-33 dengan menghadirkan tokoh intelektual angkatan darat, yakni Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Prof. Dr. A.M Hendropriyono, S.T., S.H., M.H.

Hadiri Dies Natalis ke-33 Unjani, Prof Hendropriyono Tekankan Pentingnya Kedisiplinan dalam Orasi Ilmiahnya 
Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Kota Cimahi kembali memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) atau Dies Natalis yang ke-33 dengan menghadirkan tokoh intelektual angkatan darat, yakni Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Prof. Dr. A.M Hendropriyono, S.T., S.H., M.H./Agus Satia Negara
INILAHKORAN, Cimahi - Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Kota Cimahi kembali memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) atau Dies Natalis yang ke-33 dengan menghadirkan tokoh intelektual angkatan darat, yakni Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Prof. Dr. A.M Hendropriyono, S.T., S.H., M.H.
Tak hanya itu, dalam peringatan Dies Natalis ke-33, Profesor Hendropriyono juga memberikan orasi ilmiah tentang pentingnya sebuah kedisiplinan.
"Hari ini kita merayakan Dies Natalis ke-33 Unjani dan hari ini kami mengundang Prof. Hendropriyono yang juga tokoh intelektual Angkatan Darat, sebagai Jenderal TNI Purnawirawan untuk memberikan orasi ilmiah," ungkap Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani, Prof. Hikmahanto Juwana saat ditemui usai acara, Senin 21 Agustus 2023.
Hikmahanto menjelaskan, beliau (Prof. Hendropriyono) sudah menyampaikan tentang pentingnya disiplin dan inilah yang Unjani terus kembangkan.
"Di Unjani, baik para mahasiswa dan dosen tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tapi juga menekankan aspek disiplin," jelasnya.
Di tempat yang sama, Prof. Dr. A.M Hendropriyono mengaku sangat mengagumi kemajuan yang dicapai Unjani berkat kepemimpinan dari Ketua Umum Yayasan Ekapaksi dan Rektor Unjani yang dalam waktu singkat bisa memajukan perguruan tinggi tempat dirinya pernah belajar.
"Saya salah satu alumni Unjani melihat dalam waktu singkat kemajuannya luar biasa. Artinya orang bilang walaupun hidup sehari macan daripada hidup lama kambing," ujarnya.
Terlebih, sebut Hendropriyono, faktor kedisiplinan yang sangat esensial. Apalagi dalam sistem demokrasi saat ini.
"Tanpa disiplin runtuh demokrasi itu, tidak akan sampai pada tujuannya kesejahteraan bangsa. Yang ada cuma ribut saja, jegal menjegal. Dengan disiplin nasional, disiplin sosial terutama yang sangat menggejala itu, baru bisa mencapai tujuan kita," sebutnya.
"Termasuk, diiringi dengan semangat persatuan dan profesionalisme kita," sambungnya.
Tak hanya itu, lanjut Hendropriyono menuturkan, disiplin itu juga harus ditunjukan dengan disiplin yang hidup dan penuh inisiatif. Namun, dalam satu koridor yang memegang nilai-nilai moral dan etika.
"Karena kita kan bangsa Indonesia, kebetulan saya sudah tua sekali. Saya hidup mulai zaman Bung Karno sampai sekarang. Saya tidak pernah belajar dari orang tua saya untuk menunjuk-nunjuk orang lain di depan umum. Tapi kok sekarang ada," tuturnya.
"Sekarang itu bisa nunjuk-nunjuk orang lain, orang tua, dan pemimpin di depan umum. Sebagai orang tua yang hidup di berbagai masa merasa heran. Kaya begini kok pengen berdemokrasi, tidak mungkin kalau kaya gini," katanya.
Menurutnya, kondisi hari ini seakan moralitas tidak memiliki nilai. Sebab, sedari kecil semua orang diajarkan nilai-nilai moralitas.
Kemudian, setelah mulai berinteraksi dengan teman dan tetangga, sebagai makhluk sosial tentunya manusia mendapat pelajaran etika.
"Kalau kita memang tidak diajarkan dari orang tuanya sejak dulu, maka jadilah orang yang memaki orang dengan kata-kata kotor," ujarnya.
"Tidak ada dulu, zaman saya itu nilai universal yang tidak sesuai dengan harkat dan martabat bangsa kita," ungkapnya.
Hendro pun menegaskan kepada semua orang agar senantiasa menerapkan dan menjaga moralitas serta etika agar tidak tergerus dan hilang dari permukaan bumi.
"Kita beragama, kita berpancasila, kita punya adat istiadat dan didikan moral keluarga. Kita juga beretika dalam bermasyarakat dan tidak sembarangan main bully membully itu gak ada ceritanya dulu," tegasnya.
"Gak ada membully yang lemah dan lebih sedikit. Aneh tapi nyata dan  jangan berharap kesejahteraan bisa dicapai dengan cara disiplin yang amburadul," sambungnya.
Hendro mencontohkan, salah satu negara tetangga, meski kecil namun Singapura disebut pak Habibie sebagai titik merah.
Negara ini bisa sejahtera lantaran memegang teguh, pertama disiplin dan keduanya demokrasi.
"Itu terbukti, kita besar serba ada, SDA berlimpah, lalu kenapa gak bisa sejahtera seperti mereka yang kecil yang gak punya apa-apa. Punyanya modalnya satu disiplin," ucapnya.
Oleh karenanya, di Unjani ini baik dosen maupun mahasiswa diberikan pendidikan disiplin agar terus maju dan menang.
"Kemenangannya itu kesejahteraan lahir batin. Nah, kalau gak sejahtera-sejahtera bubar aja, ngapain. Saya berharap dari sinilah tumbuh kader-kader bangsa generasi muda, generasi penerus yang harus lebih bagus," pungkasnya.*** (agus satia negara)


Editor : JakaPermana