Kasus HIV Capai 154 Orang, Dinkes Kota Cimahi Sebut ada Ibu Hamil yang terinfeksi

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi mencatat ada 152 pasien yang mengidap human immunodeficiency virus (HIV) sepanjang tahun 2022. Termasuk, di dalamnya ada ibu hamil.

Kasus HIV Capai 154 Orang, Dinkes Kota Cimahi Sebut ada Ibu Hamil yang terinfeksi
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi mencatat ada 152 pasien yang mengidap human immunodeficiency virus (HIV) sepanjang tahun 2022. Termasuk, di dalamnya ada ibu hamil.

INILAHKORAN, Cimahi - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi mencatat ada 152 pasien yang mengidap human immunodeficiency virus (HIV) sepanjang tahun 2022. Termasuk, di dalamnya ada ibu hamil.

Tingginya angka pengidap HIV tersebut menjadi alarm peringatan bagi seluruh pihak, terutama masyarakat untuk meningkatkan kesadarannya terkait persoalan HIV tersebut.

"Kondisi ini tentu harus menjadi konsen bersama untuk mengurangi angka penularannya. Sebab, dengan tingginya angka pengidap HIV tentunya harus diimbangi dengan biaya pengobatan yang tinggi," ungkap Ke­pala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Ci­mahi, Dwihadi Isnalini kepada wartawan, Kamis 12 Januari 2022.

Ia menjelaskan, dengan ditemukannya kasus ibu hamil yang mengidap HIV tersebut, pihaknya mengajak masyarakat untuk bersama-sama memberikan perhatian kepada orang dengan HIV (Odhiv) dengan cara yang baik agar pencegahan penularan bisa dilakukan.

"Jangan ada stigmatisasi kepada ibu hamil dengan Odhiv karena bukan kesalahan mereka. Justru yang harus jadi konsen kita adalah menjaga perilaku masyarakat agar menghindari penyakit HIV tersebut," jelasnya.

Ia pun mengingatkan, penularan HIV bisa terjadi karena infeksi menular seksual. Sehingga, diperlukan pemahaman masyarakat tentang hubungan seksual yang aman.

"Seperti kita ketahui penyakit tersebut melalui hubungan seksual. Sehingga masyarakat harus sadar melakukan seks yang aman dengan pasangan yang sah," terangnya.

Guna mengurangi stigmatisasi penyintas HIV di Kota Cimahi, sambung dia, pihaknya pun bakal melakukan pembiunaan warga pembinaan Aids, pembinaan tenaga kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit.

"Kita juga berjejaring dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM), sosialisasi melalui media massa, dan tentunya normalisasi pemeriksaan HIV integrasi," ujarnya.

"Termasuk, kita perluas cakupan pemeriksaan terintegrasi dengan pelayanan KIA dan TB," sambungnya.

Ia menyebut, dalam temuan kasus HIV yang meningkat otomatis ada penyimpangan dan seks bebas di dalamnya. Sehingga, penanganan HIV bukan hanya dari sisi kesehatan saja.

"Hal itu dilakukan agar masyarakat sadar mengenai penyakit tersebut. Pasalnya kesadaran masyarakat, termasuk yang susah diukur. Karena penularan lebih banyak akibat perilaku seks bebas dan menyimpang," pungkasnya. *** (agus satia negara)


Editor : JakaPermana