Kisah Mantan Ketua MA: 'Rayuan Suap' hingga Diancam Santet

INILAH, Bogor - Mantan Ketua Mahmakamah Agung (MA) Artidjo Alkostar hadir dalam acara Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Gratifikasi, Rabu (15/11) pagi WIB. Dia ungkap banyak pengalaman menarik.

Kisah Mantan Ketua MA: 'Rayuan Suap' hingga Diancam Santet
Mantan Ketua Mahmakamah Agung (MA) Artidjo Alkostar
INILAH, Bogor - Mantan Ketua Mahmakamah Agung (MA) Artidjo Alkostar hadir dalam acara Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Gratifikasi, Rabu (15/11) pagi WIB. Dia ungkap banyak pengalaman menarik.
 
Acara tersebut bertema "Integritas dalam pencegahan korupsi" yang digelar Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) di R Hotel Rancamaya, Kota Bogor. Artidjo yang merupakan salah satu narasumber memaparkan pengalamannya ketika menjabat Ketua MA.
 
Sebelum mengemban jabatan itu, Artidjo mengungkapkan dirinya banyak bergerak sebagai advokat. Tepatnya di masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, dia aktif dalam salah satu Lembaga Bantuan Hukum (LBH).
 
"Awalnya tidak mau karena dunia penegakan hukum itu sudah gelap," ungkapnya.
 
"Akhirnya saya mau mendaftar. Saat itu saya mendapatkan perkara yang cukup berat, perkara Presiden Soeharto saya tangani. Rekan saya saya itu ditembak, tetapi sesaat setelah itu saya tetap tegar dan tidak perlu dikawal, karena Allah SWT dan malaikat selalu mengawal saya," lanjutnya.
 
Artidjo melanjutkan, selain itu saat perkara Joko Chandra dirinya dibujuk hadir dalam satu pertemuan di sebuah hotel. Dia bahkan dikirimi cek, yang membuatnya merasa terhina.
 
"Saya juga tegaskan kepada Staf saya jangan sesekali merusak nama saya, karena saat itu staf saya juga dibujuk-bujuk dan dia lapor ke saya. Kepada kolega saya menegaskan, saya tidak ganggu anda dan anda jangan ganggu saya," tegasnya.
 
Artijo menegaskan, dalam hal mengakan hukum atau kebenaran itu jangan terpengaruh lingkungan. Selain itu, kata dia, jangan ada perasaan tidak enak menangani suatu perkara. 
 
Suatu ketika, Artijo mengaku pernah mendapat ancaman fisik dan santet. Dia mendapat informasi bahwa foto dirinya dikirimkan kepada salah seorang paranormal di Banten.
 
"Saya bilang kalau keluarga saya di Sumenep jago dalam hal seperti itu, kalau masih kirim foto itu Santet tingkat taman kanak-kanak. Saya yakin suap dan gratifikasi tidak berkah, dia akan membuat galau hati penerimanya. Kebahagiaan tidak dari harta yang banyak, karena saya bahagia kalau berkumpul dengan kambing," terangnya.
 


Editor : inilahkoran