Rusaknya KBU Akibat Ketidakpedulian Pemerintah

Bencana banjir yang terjadi di setiap musim penghujan, disebut-sebut akibat tidak tertatanya Kawasan Bandung Utara (KBU). Pendamping Ekonomi pertanian Yayasan Odesa Indonesia Basuki Suhardiman menyebut, rusaknya KBU akibat ketidakpedulian pemerintah.

Rusaknya KBU Akibat Ketidakpedulian Pemerintah
Basuki mengatakan, pembangunan yang tidak terkendali dan pertanian monokultur diduga menjadi penyebab. Lagi-lagi karena tidak ada program konkret dari pemerintah, baik kota/kabupaten maupun provinsi untuk menjaga KBU. (istimewa)

INILAHKORAN, Bandung - Bencana banjir yang terjadi di setiap musim penghujan, disebut-sebut akibat tidak tertatanya Kawasan Bandung Utara (KBU). Pendamping Ekonomi pertanian Yayasan Odesa Indonesia Basuki Suhardiman menyebut, rusaknya KBU akibat ketidakpedulian pemerintah.

Basuki mengatakan, pembangunan yang tidak terkendali dan pertanian monokultur diduga menjadi penyebab. Lagi-lagi karena tidak ada program konkret dari pemerintah, baik kota/kabupaten maupun provinsi untuk menjaga KBU.

“Bukan hanya lumpur yang membanjir di Kota Bandung, tetapi juga krisis air bersih,” ujarnya di Kabupaten Bandung belum lama ini.

Baca Juga : Dede Yusuf Bersyukur Beasiswa Pendidikan Tinggi LPDP di Kemenkeu Kini Diperuntukan bagi Masyarakat

Menurut Basuki, kebijakan pemerintah selama ini normatif karena hanya bicara regulasi dan melupakan tindakan praktis di lapangan. Banyak orang dari luar daerah membangun villa, hotel dan cafe tanpa memiliki empati pada lingkungan.

Maka dari itu kata dia, sudah saatnya pemerintah bekerja secara benar, bukan sekadar pencitraan atau sekadar supaya dianggap peduli lingkungan dengan sekali aksi lalu konferensi pers. Jika mau serius dengan pemberdayaan pangan dan ekologi kita bisa berharap perbaikan terjadi di Kawasan Bandung Utara. 

“Kawasan Bandung Utara memiliki lahan yang kritis mencapai puluhan ribu hektar. Kalau serius ditanami pohon buah-buahan, maka petani akan membaik ekonominya karena mendapatkan hasil panen selain sayuran. Petani yang selama ini hanya menanam sayur sangat menunggu pembagian bibit buah-buahan. Dan pada tanah milik orang kota yang kurang diurus mestinya para pemiliknya harus ikut bertanggungjawab dengan memperbanyak bibit buah-buahan,” imbuhnya.

Baca Juga : KBB Kembali Menjadi Daerah dengan IPH Tertinggi, Arsan Latif Pastikan Harga Kebutuhan Pokok ini Turun

Sementara petani yang rutin menjalankan kegiatan pertanian agroekologi dari Odesa, Toha Odik mengatakan, apa yang dilakukan Odesa Indonesia selama delapan tahun terakhir telah memberi kontribusi yang meyakinkan bagi penguatan pangan dan perbaikan lahan pertanian. Toha yang selama ini mendistribusikan bibit buah-buahan, termasuk menggerakkan tanaman kopi, kelor dan hanjeli yakin langkahnya tepat sasaran dan dampaknya telah nyata dirasakan masyarakat.

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani