Sikap Kami: Bersuka di Atas Derita

BANJIR, di manapun terjadi, selalu membuat kita berduka. Tapi, kini banjir juga menyulut nelangsa. Makin banyak yang “bersuka” saat salah satu wilayah diterjang air berlebihan itu.

Sikap Kami: Bersuka di Atas Derita

Apakah kondisi sekarang terjadi hanya karena kesalahan para buzzer? Tidak juga. Negara, tepatnya pemerintah, dengan segala perangkatnya, punya saham atas kondisi ini. Apa itu? Yang belum terbukti, jika pemerintah betul membayar buzzer untuk membungkan kritikus mereka. Tapi, yang kasat mata terlihat, adalah perlakuan hukum berbeda terhadap para pendengung itu.

Jika pemerintah, dalam hal ini penegak hukum, bersikap adil, kita meyakini situasi antarwarganegara takkan sepanas ini. Sebab, semuanya paham dan sadar, pelanggaran diadili karena perbuatan, bukan karena subjeknya. Tetapi, yang kerap terlihat, keadilan kini lebih banyak tergantung pada siapa pelakunya. Itu yang membuat warga negara kian terpicu mengabaikan empati.

Banjir hari-hari ini terjadi di sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Tapi, tak ada jaminan, besok lusa terjadi di Jakarta atau di Jawa Barat. Satu yang pasti, nantinya akan muncul caci-maki dari para pendengung terhadap situasi yang terjadi.

Baca Juga : Sikap Kami: Mari Jadi Petani Milenial

Pemerintah harus bertindak terhadap hal ini. Kita setuju, jika tindakan itu masuk kategori keras sekalipun. Syaratnya hanya satu: perlakukan semua dengan keadilan yang hakiki.

Jika tidak, besok lusa, akan tetap ada yang bergembira di antara penderitaan yang dialami para tetangganya. Percayalah! (*)
 

Halaman :


Editor : Zulfirman