Sikap Kami: Teka-teki Emil

POLITIK itu dinamis. Dia bisa berubah-ubah, setiap saat. Sering menghadirkan kejutan. Jadi, kata orang, tak boleh baper.

Sikap Kami: Teka-teki Emil
Ridwan Kamil

POLITIK itu dinamis. Dia bisa berubah-ubah, setiap saat. Sering menghadirkan kejutan. Jadi, kata orang, tak boleh baper. Sebab, seseorang yang hari ini jadi kawan, bukan tak mungkin besok lusa jadi lawan. Jika tak siap dengan itu, tak usah ikut bermain politik.

Karena dinamis, politik juga memunculkan teka-teki. Tentang partai politik yang akan dimasuki Ridwan Kamil, misalnya. Juga dinamis. Bisa berubah-ubah, setiap saat. Sesuai kepentingan. Syukur-syukur, juga sesuai kebermanfaatan.

Karena teka-teki, tak berdosa juga menebaknya. Bisa saja, tebak-tebak buah manggis. Salah tak apa-apa. Lha, dia juga potensial berubah. Warnanya akan tergantung pada kebermanfaatan.

Birukah? Merahkah? Biru-kuningkah? Oranyekah? Hijaukah? Putihkah? Kuningkah? Yang banyak tersirat, yang terakhir ini. Siratan itu ada pada pertemuan-pertemuannya. Pertemuan biasa, katanya. Tapi, warna politiknya kental.

Sekali waktu, muncul desas-desus, Emil akan jadi kuning. Itu karena dia bertemu HR Agung Laksono di Bandung. Terakhir, dia juga berkostum kuning. Saat menghadiri peringatan hari ulang tahun ‘si Kuning’, belum lama ini. Pemimpin ‘si Kuning’ bahkan memujinya di hadapan Presiden Joko Widodo, di acara itu.

Betulkah dia kuning? Tanda-tanda itu juga sempat dilontarkan Edy Suparno, Sekjen PAN. Dia bilang, PAN memberi karpet biru jika Emil mau bergabung. Hendaknya itu dibaca juga dengan begini: PAN memberi karpet bagi Emil untuk Koalisi Indonesia Baru (KIB). Jadi, kuning juga.

Tak salah juga jika Emil menjadi kuning. Itu jika salah satu hasratnya adalah ikut dalam kontestasi Pilpres 2024. KIB, koalisi yang diikuti ‘si Kuning’, hingga saat ini, tak memiliki tokoh yang bisa dijual.

Halaman :


Editor : Zulfirman