Sikap Kami: Diversifikasi Mental

Cerita tentang ancaman el nino yang panjang ini, sejatinya bukan barang baru bagi kita. Sudah jauh-jauh hari diingatkan. Baik oleh ahli-ahli pertanian, termasuk juga oleh ahli cuaca. Sayangnya, ancaman itu kita anggap relatif seperti angin lalu. Termasuk juga oleh pemerintah. Sehingga tak ada langkah-langkah ekstrem yang dilakukan untuk menyelamatkan sektor pertanian.

Sikap Kami: Diversifikasi Mental

DIVERSIFIKASI pangan itu bukan perkara sulit. Hanya mengubah jenis asupan karbohidrat dari nasi (beras) ke bentuk lainnya. Bisa umbi-umbian, jagung, kacang-kacangan, dan sebagainya.

Yang sulit itu adalah diversifikasi mental terhadap pangan. Bagi rata-rata masyarakat, saat ini, pangan ya nasi, terbuat dari beras. Jika belum makan nasi, ya belum makan namanya.

Diversifikasi pangan bahkan bisa saja tidak perlu, atau setidaknya tak sekeras isu saat ini, sepanjang diversifikasi mental kita berjalan mulus di relnya. Tapi, rupanya ini yang tidak jalan.  Tak hanya di masyarakat, juga di kalangan pemerintah.

Begini. Cerita tentang ancaman el nino yang panjang ini, sejatinya bukan barang baru bagi kita. Sudah jauh-jauh hari diingatkan. Baik oleh ahli-ahli pertanian, termasuk juga oleh ahli cuaca.

Sayangnya, ancaman itu kita anggap relatif seperti angin lalu. Termasuk juga oleh pemerintah. Sehingga tak ada langkah-langkah ekstrem yang dilakukan untuk menyelamatkan sektor pertanian. Pemerintah bangun infrarstruktur bangunan seumpama bendungan di banyak titik, tapi ternyata tak cukup untuk menghadapi situasi seperti ini.

Diversifikasi pangan itu gampang. Yang sulit diversifikasi mental. Kenapa? Karena masyarakat tidak mendapatkan teladan. Sebagian besar pejabat hanya bisa berucap diversifikasi pangan, tapi tak menunjukkannya dalam realita sehari-hari. Padahal, semestinyalah mereka menjadi contoh. Jadi teladan. Agar masyarakat bisa mengikuti langkahnya.

Tentu saja pemerintah, pejabat-pejabat, akan kesulitan memberi contoh. Jika mereka hari-hari mengganti beras dengan umbi-umbian, jagung, dan sebagainya, mau dikemanakan anggaran makan minum pejabat dan kantor-kantor yang nilainya luar biasa itu. Nanti muncul pula sisa lebih anggaran yang tinggi. Itu akan jadi rapor minus pula.

Halaman :


Editor : Ghiok Riswoto