Sikap Kami: Wush Keretanya, Berat Utangnya

Pemerintah kini mulai mengambil ancang-ancang membangun kereta cepat Jakarta-Surabaya. Kita tentu tidak dalam posisi menentang. Tapi, kita patut mengingatkan kepada pemerintah, untuk tidak ugal-ugalan menambah utang yang pada ujungnya akan sangat memberatkan generasi mendatang

Sikap Kami: Wush Keretanya, Berat Utangnya
Kereta Cepat Bandung Jakarta (KCIC)

ANDA menikmati perjalanan kereta cepat Whoosh Halim-Padalarang atau sebaliknya? Nyaman bukan? Cepat lagi. Hanya dalam kisaran 30 menit, sudah sampai di tempat tujuan.

Nyaman dan praktis. Tapi, apakah perasaan serupa dimiliki petinggi konsorsium Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC). Kita tak bisa menduga-duga. Yang jelas, dalam rentang sekali rute perjalanan Whoosh itu, KCIC harus membayar utang yang dalam hitungan kasarnya sebesar Rp157.569.444.

Angka itu, plus-minus saja dengan nilai penjualan tiket sekali jalan, selama 30 menit itu. Pada rentang harga tiket tertinggi, kabarnya Rp350 ribu, total penjualannya sebesar Rp210 juta. Jika dikurangi pembayaran utang, masih adalah sekitar Rp57 juta. Itu belum termasuk biaya operasional.

Jadi, terbayanglah betapa beratnya cicilan utam proyek KCIC itu. Pembayarannya lama, tak secepat keretanya. Perlu waktu 30 tahun, jika segala sesuatunya berjalan normal. Tak ada penundaan. Tak ada penjadwalan ulang.

Darimanakah utang itu berasal? Dari China Development Bank (CBD). Awalnya sekitar Rp70,5 triliun, sekitar 75% dari nilai proyek. Tapi, kemudian terjadi pembengkakan biaya (cost overrun) senilai Rp18,6 triliun. Indonesia pun kembali mendapat pinjaman dari CBD senilai Rp8,5 triliun. Bunganya 3,4% dengan tenor 30 tahun. Utang itulah yang mulai dicicil sejak Whoosh mulai beroperasi.

Jadi, bisa kita maklumi, jika Presiden Joko Widodo, pada saat peresmian soft launching Whoosh, mengingatkan bahwa kereta cepat itu ada untuk meningkatkan pelayanan publik. Jika untuk meraih keuntungan bagi sejumlah BUMN yang tergabung dalam konsorsium KCIC, entah kapan untungnya bisa dipetik. 

Padahal, selain sebagai motor pembangunan, BUMN selayaknya juga memberikan dividen kepada negara. Jadi, jika kita berharap dividen dari Whoosh ini, maka harapan itu baru mungkin muncul puluhan, atau seratusan tahun lagi.

Halaman :


Editor : Ghiok Riswoto