Tiga Wilayah Di Jabar Tertinggi Terjadi Pernikahan Dini
Hari Ibu merupakan momentum untuk mengingat kembali peran-peran penting ibu dan perempuan di dalam berbagai lini kehidupan, diantaranya peran perempuan dalam kehidupan keluarga, ekonomi, politik, sosial. budaya, pendidikan dan juga agama.
“Tidak ada yang salah dengan prinsip itu, karena sebagai muslim kita memang harus mengakui bahwa menikah itu ibadah dan menyempurnakan sebagian agama kita,” tuturnya.
Teh Rita menguraikan, kenapa menikah dikatakan sebagai ibadah dan penyempurna agama, karena ketika menikah akan menghadapi berbagai konsekuensi, berbagai perubahan peran dan tanggung jawab, yang jika dijalani dengan ilmunya baru akan bernilai ibadah.
“Apa iya pernikahan menjadi ibadah jika di dalamya terdapat KDRT (fisik maupun mental), pengabaian, tidak saling respek, tidak saling support bahkan penghianatan. Apa iya begitu ijab qobul dilaksanakan, agama kita lantas sempurna?,” lanjutnya.
Baca Juga : Polisi Periksa Pemilik Bus PO Handoyo
Dijelaskan Teh Rita, banyak hal yang harus dipelajari terlebih dahulu ketika akan memutuskan menikah, mengingat angka pernikahan dini di Jawa Barat masih sangat tinggi.
Kejadian tersebut, kata Teh Rita, akan berimplikasi terhadap kesehatan ibu, kehamilan beresiko, kematian ibu melahirkan, anak-anak stunting dan lain-lain. Pernikahan dini juga akan berimplikasi terhadap tingginya ltingkat perceraian.
Ia mencatat di Jawa Barat kasus pernikahan dini tertinggi berada di Tasikmalaya dan kedua Indramayu. Sementara angka perceraian tertinggi di Jawa Barat adalah Kabupaten Sumedang.
Baca Juga : Kembali Terima Logistik Pemilu 2024, KPU KBB Pastikan Surat Suara Sudah 100 Persen Siap
“Insyaallah melalui berbagai materi yang sampaikan tersebut diharapkan dapat membantu teman-teman calon ibu dan calon bapak untuk berperan maksimal dalam menentukan kualitas anak dan generasi bangsa,” tuturnya.
Halaman :