Tua, Dewasa dan Usia

ADA iklan yang terpampang di pinggir-pinggir jalan: "Tua itu pasti, dewasa itu pilihan." Kalimat ini membedakan antara tua yang berkonotasi pada jumlah angka usia dengan dewasa yang bertitik tekan pada mental.

Tua, Dewasa dan Usia
Ilustrasi/Net

ADA iklan yang terpampang di pinggir-pinggir jalan: "Tua itu pasti, dewasa itu pilihan." Kalimat ini membedakan antara tua yang berkonotasi pada jumlah angka usia dengan dewasa yang bertitik tekan pada mental.

Banyak orang yang dari sisi usia hidup sudah berangka sekali tapi tak memiliki kedewasaan berbicara dan bersikap. Ada orang yang tak cukup berangka dalam usia hidup namun sangat dewasa dalam berbicara dan bersikap.

Perbincangan tentang usia hidup dan kematangan cara hidup selalu ramai di kalangan masyarakat. Bukan hanya masyarakat di zaman kini dan di sini melainkan juga di zaman lama dan di sana. Ini membuktikan bahwa mayoritas menghendaki bahwa semakin tua usia seseorang harusnya juga semakin dewasa cara berpikir dan bersikapnya. Berbahagialah mereka yang kedewasaan mentalnya lebih "berusia" dibandingkan dengan ketuaan usianya.

Baca Juga : Buat yang Berduka, Ada Bahagia Menantimu

Ada dialog antara Abbas, paman Rasulullah, dengan dengan seorang lelaki. Dialognya begini, Abbas RA ditanya: "Anda yang lebih tua apa Rasulullah yang lebih tua?" Jawaban Abbas begini "Beliau lebih tua dibanding saya, dan saya lebih awal dilahirkan sebelum beliau."

Dua catatan kecil dari dialog tersebut di atas. Pertama, Abbas begitu takut dianggap tak sopan jika mengaku dirinya lebih tua dibandingkan Rasulullah. Walau usia umurnya lebih berangka dibandingkan usia umur Rasulullah, ternyata yang layak menjadi ketua adalah Rasulullah, bukan dirinya.

Kedua, mengakui kelebihan atau kualitas hidup orang lain adalah perbuatan terpuji. Kita harus bisa mengapresiasi kebaikan orang lain. Sikap seperti ini tidak akan pernah menurunkan derajat diri, justru mengangkat derajat diri karena sudah bersikap obyektif pada orang lain.

Baca Juga : Bahagia Bukan dengan Asmara

Seseorang bisa dianggap dewasa ketika dia mampu menyikapi segala sesuatu secara bijak. Karena tidak ada orang yang tidak pernah tidak punya salah, maka upayakan untuk memaklumi. Karena tidak ada orang yang tak punya kelebihan walau sedikitpun, maka upayakan untuk mengapresiasi. Karena tak ada yang tak berubah dalam kehidupan ini, maka tak boleh mem-paten-kan sebuah penilaian selamanya untuk suatu hal atau seseorang.

Halaman :


Editor : Bsafaat