Yang Buta Mata Hatinya sebelum Mata Kepalanya

SIAPAKAH diantara kita yang tidak mengenal nama ini, Abu Jahal Amr bin Hisyam, lelaki yang dihormati kaumnya sebelum baligh? Memang benar jika kita mengatakan bahwa dia adalah junjungan bagi kaumnya, lelaki yang terhormat, ditaati, dan mempunyai pangkat dan kekuasaan. Akan tetapi, dia telah mengubur dirinya dalam pasir-pasir kekafiran, padahal jika dia menghendaki, dia dapat menghidupkan dirinya itu dengan menggunakan cahaya iman. Karena itulah, ia berhak untuk mendapatkan laknat Tuhan daripada keridhaan-Nya.

Yang Buta Mata Hatinya sebelum Mata Kepalanya
Ilustrasi/Net

SIAPAKAH diantara kita yang tidak mengenal nama ini, Abu Jahal Amr bin Hisyam, lelaki yang dihormati kaumnya sebelum baligh? Memang benar jika kita mengatakan bahwa dia adalah junjungan bagi kaumnya, lelaki yang terhormat, ditaati, dan mempunyai pangkat dan kekuasaan. Akan tetapi, dia telah mengubur dirinya dalam pasir-pasir kekafiran, padahal jika dia menghendaki, dia dapat menghidupkan dirinya itu dengan menggunakan cahaya iman. Karena itulah, ia berhak untuk mendapatkan laknat Tuhan daripada keridhaan-Nya.

Abu Jahal adalah Firaun umat ini. Ia hidup di Makkah sebagai musuh Allah dan Rasul-Nya. Ia selalu berusaha membunuh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ia melihat sejumlah ayat (tanda kekuasaan) Allah dan sejumlah mukjizat, tetapi mata hatinya telah lebih dulu buta sebelum mata kepalanya. Karenanya, ia pun menjadi seperti setan yang sangat pembangkang. Sering kali Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya merasakan gangguan dan pengingkarannya. Akan tetapi, suatu hari beliau berharap dia masuk Islam. Beliau bersabda: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Amr bin Hisyam atau Umar bin Khattab."

Allah mengabulkan doa Rasulullah ini, sehingga orang yang paling baik diantara kedua itu adalah Umar bin Khattab yang pada akhirnya dia masuk Islam, sedangkan orang yang paling jahat diantara keduanya adalah Abu Jahal yang senantiasa memusuhi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sesungguhnya Abu Jahal adalah pengatur siasat perang Badar bagi musuh Islam. Ia berkeinginan memberikan pelajaran bagi umat Islam. Akan tetapi, ia telah tertipu setannya bahwa ia akan mengalahkan nabi dan para sahabatnya dan tiba-tiba ia mati terbunuh berlumuran darah; dan sebelum mati, ia sempat berkata: "Bagi siapakah kemenangan hari ini?" Maka dikatakan kepadanya: "Bagi Allah dan Rasul-Nya."

Baca Juga : Kenapa Rasul Meminta Perlindungan dari Usia Tua?

Mendengar itu, Abu Jahal mencela kaum muslimin dan bertambah kafir. Hal ini membuat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Firaun umat ini lebih parah daripada Firaun Musa." Memang benar, Firaun musa beriman saat akan meninggal dunia meskipun Allah tidak menerimanya. Adapun Firaun arab ini mati dalam keadaan kafir dan mencela Allah dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Dalam kondisi yang buruk penuh dengan kedengkian terhadap Islam dan nabi-Nya, tumbuh seorang remaja yang bernama Ikrimah. Ikrimah melihat ayahnya di Makkah tidak henti-hentinya memusuhi umat Islam, kemudian melihat kaumnya kalah dalam perang Badar. Ia kembali ke Makkah tanpa disertai ayahnya seperti ketika dia berangkat ke Badar. Ia membiarkan ayahnya tewas di tangan pasukan Islam, bahkan sampai penguburannya pun ia membiarkannya.

Adapun dalam perang Uhud kondisi sedikit berbeda. Pasukan Quraisy keluar dengan membawa pasukan kuda dan kebesarannya. Ikrimah berada dalam pasukan inti bersama Khalid bin Walid yang menjadi pemimpin pasukan sayap kanan. Bahkan Ikrimah membawa istrinya, Ummu Hakim, yang bertugas menabuh rebana bersama dengan Hindun binti Utbah. Saat itu, Ummu Hakim mendendangkan syair:
Ayolah, wahai bani Abdid Dar
Ayolah, para pembela kaumnya
Pukulah musuhmu dengan pedang

Baca Juga : Anak Perempuan Umur 11 Tahun Wajib Tutup Aurat

Para pasukan kafir ini menjadi bersemangat. Ikrimah mengendarai kudanya yang dikendalikan setan dan kedengkiannya untuk memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Tetapi, Ikrimah meletakkan di depan matanya peristiwa tewasnya sang ayah di tangan kaum muslimin pada perang Badar. Sampai akhirnya peperangan berakhir dengan kemenangan di tangan pasukan kafir. Akan tetapi, kemenangan mereka itu merupakan kemenangan yang tidak sempurna, sebab mereka takut serangan kaum muslimin, sehingga mereka lari menuju kota Makkah.

Halaman :


Editor : Bsafaat