Dishub Evaluasi Rekayasa Jalan Antapani dan Sukajadi, Begini Hasilnya!

Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung sudah melakukan evaluasi terhadap dua rekayasa jalan terbaru di kawasan Antapani dan Sukajadi. Hasilnya, terdapat beberapa perubahan di dua lokasi tersebut.

Dishub Evaluasi Rekayasa Jalan Antapani dan Sukajadi, Begini Hasilnya!
INILAH, Bandung - Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung sudah melakukan evaluasi terhadap dua rekayasa jalan terbaru di kawasan Antapani dan Sukajadi. Hasilnya, terdapat beberapa perubahan di dua lokasi tersebut.
 
Untuk kawasan Antapani, barrier penutup celah di sepanjang Jalan Terusan Jakarta tetap dipasang di lima titik yang sebelumnya direkayasa. Hanya saja, kini ada dua lokasi yang diberlakukan sistem buka tutup.
 
‎Kepala Dishub Kota Bandung, Didi Ruswandi menuturkan bahwa dua lokasi rekayasa di depan Jalan Sulaksana dan Jalan Purwakarta mengalami perubahan. Kedua titik tersebut tak lantas ditutup permanen, melainkan bakal diberlakukan sistem buka tutup dalam kurun waktu tertentu.
 
"Kelihatannya sudah terpecahkan bahwa untuk pagi hari itu dari arah Sulaksana itu dibuka, itu nenyelesaikan. Kalau sore harinya ke arah Purwakarta itu yang dibuka," kata Didi ditemui di Kantor Dispusip Kota Bandung, Jalan Seram, Rabu (23/1/2019).
 
Sementara tiga lokasi lainya, yakni dekat Jembatan Layang Pelangi, di depan Jalan Atlas dan Jalan Golf Barat Raya rekayasa tetap seperti semula. Didi mengklaim sejauh ini rekayasa di kawasan Antapani tersebut dinilai cukup efektif mengurai arus lalu lintas, terutama saat volume kendaraan yang mengarah ke wilayah timur Kota Bandung sedang tinggi.
 
"Jadi buka tutup sistem waktu. Karena kalau performance disitu ke arah timur udah lebih baik.  Jadi buka tutupnya di dua titik itu di Sulaksana dan Purwakarta," cetusnya.
 
‎Didi tidak memungkiri apabila rekayasa jalan di kawasan Antapani ini menuai banyak protes. Namun perubahan buka tutup di dua lokasi bukan semata akibat banyaknya protes, melainkan dari hasil evaluasi ternyata akses satu belokan di Jalan Subang tak mampu menampung volume kendaraan.
 
"Itu salah salah satu poinnya karena warga belum terbiasa. Kemudian ketika yang (Jalan) Subang itu kapasitasnya kurang sehingga harus dua dengan Purwakarta‎," tandasnya.


Editor : inilahkoran