Dusta atau Bohong dalam Perkataan, Janji dan Sumpah

ALLAH Ta'ala berfirman: "Hendaklah kita menjauhi perkataan-perkataan dusta." (QS Al-Hajj: 30)

Dusta atau Bohong dalam Perkataan, Janji dan Sumpah
Ilustrasi/Net

ALLAH Ta'ala berfirman: "Hendaklah kita menjauhi perkataan-perkataan dusta." (QS Al-Hajj: 30)

Dalam peribahasa mengatakan, "Karana lidah (mulut) badan binasa" ini mengingatkan kita untuk hidup dalam suasana yang tenteram, aman dan damai, hendaklah diawasi lidah kerana melalui tutur kata akan menjadi lebih benar, beradab dan bahasanya lebih santun.

Suka berbohong bukan saja menimbulkan kemarahan orang yang mendengarnya, malah menimbulkan implikasi buruk kepada si pembohong itu sendiri. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu katanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak beriman seseorang dengan sempurna sehingga ditinggalkan pembohongan walaupun senda gurau, bersengketa atau perbalahan."

Baca Juga : Lihat KBBI, Preman itu Konotasinya Negatif

Tabiat suka berbohong termasuk dalam kategori dosa besar setelah syirik (menyekutukan Allah) dan durhaka terhadap kedua orangtua. Ini ditegaskan dalam sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Maukah aku tunjukkan perihal dosa-dosa besar? Kami menjawab: Ya, tentu mau wahai Rasulullah. Rasulullah menjelaskan: Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua. Oh ya, (ada lagi) yaitu perkataan dusta." (Riwayat Muttafaq Alaih)

Berkata Imam Nawawi di kitabnya Al-Adzkar (halaman 326): "Ketahuilah! Sesungguhnya menurut mazhab Ahlus Sunnah bahwa dusta itu ialah: Mengabarkan tentang sesuatu yang berlainan (berbeda/menyalahi) keadaannya. Baik dilakukan dengan sengaja atau karena kebodohan (tidak sengaja), akan tetapi tidak berdosa kalau karena kebodohan (tidak sengaja) dan berdosa kalau dilakukan dengan sengaja".

Baca Juga : Kisah Cinta yang Lebih Syahdu dari Romeo & Juliet


Editor : Bsafaat