Fanatik Boleh Tapi Bukan Fanatik Bodoh

ISMAIL bin Hammad adalah orang yang fanatik sekali pada Imam Abu Hanifah. Begitu fanatiknya sampai-sampai dia marah kalau ada orang yang berbeda pendapat dengan Abu Hanifah. Suatu waktu dia berkata kepada seseorang: "Akan aku beri pelajaran kepada siapapun yang berpendapat berbeda dengan Abu Hanifah."

Fanatik Boleh Tapi Bukan Fanatik Bodoh
Ilustrasi/Net

ISMAIL bin Hammad adalah orang yang fanatik sekali pada Imam Abu Hanifah. Begitu fanatiknya sampai-sampai dia marah kalau ada orang yang berbeda pendapat dengan Abu Hanifah. Suatu waktu dia berkata kepada seseorang: "Akan aku beri pelajaran kepada siapapun yang berpendapat berbeda dengan Abu Hanifah."

Orang yang dibilangi itu dengan tenang berkata: "Apakah Abu hanifah marah kepada dan menantang orang yang berbeda pendapat dengan beliau?" Ismail bin Hammad menjawab: "Enggak juga sih." Orang itu kembali berkata: "Kalau begitu Anda harus memberi pelajaran kepada diri Anda sendiri."

Sahabat dan saudaraku. Fanatik itu boleh, tapi jangan fanatik buta, bukan fanatik bodoh, bukan fanatik yang tidak menghargai perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat itu pasti adanya, tidak mungkin kita hidup dengan hanya satu pendapat saja betapapun referensi kita satu.

Baca Juga : Pembagian Waris Suami yang Wafat saat Istri Hamil

Latar belakang pendidikan dan sosial sangat besar pengaruhnya pada proses berfikir seseorang. Tidak menghargai perbedaan pendapat orang lain adalah perilaku orang tidak menghargai kemanusiaan manusia.

Jangankan dengan orang lain dari daerah lain, dengan orang-orang satu keluarga sendiri saja kita bisa berbeda pendapat. Bahkan nafsu, akal dan hati dalam diri kita saja bisa jadi berbeda pendapat. Silahkan berbeda pendapat dan kita saling menghormati perbedaan itu.

Yang penting kita jangan berbeda pendapat hanya karena ingin tampil beda atau karena kepentingan sesaat yang tidak berpihak kepada kebenaran. Salam, AIM.

Baca Juga : Bagi Warisan tak Sesuai Aturan Hukumnya Haram


Editor : Bsafaat