Genjot IQ Siswa, Ridwan Kamil Minta Disdik dan Pengampu di Sekolah Lahirkan Inovasi Dalam Kurikulum

Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil meminta Dinas Pendidikan dan pengampu di sekolah, untuk melahirkan inovasi dalam kurikulum guna menggenjot Intelligence Quotient (IQ) atau indikator mengukur kecerdasan siswa, agar mampu bersaing.

Genjot IQ Siswa, Ridwan Kamil Minta Disdik dan Pengampu di Sekolah Lahirkan Inovasi Dalam Kurikulum

INILAHKORAN, Bandung – Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil meminta Dinas Pendidikan dan pengampu di sekolah, untuk melahirkan inovasi dalam kurikulum guna menggenjot Intelligence Quotient (IQ) atau indikator mengukur kecerdasan siswa, agar mampu bersaing.

Emil –sapaan Ridwan Kamil menjelaskan, berdasarkan hasil lembaga survey internasional yang mengukur tingkat 10 negara di Asean, Indonesia berada di urutan terakhir dengan rerata IQ di angka 79. Tertinggal dari negara lain seperti Myanmar, Vietnam, Laos, bahkan Singapura yang telah diatas 90.

Catatan minus ini kata Emil, menjadi tanggungjawab Dinas Pendidikan, kepala sekolah dan juga guru-guru untuk mendongkrak IQ siswa. Caranya kata dia, adalah dengan melahirkan inovasi-inovasi dalam kurikulum agar tidak monoton. Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan ilmu peserta didik.

“Survey di Asean dari 10 negara yang disurvey IQ-nya, Indonesia rangking 10 dari 10 negara. IQ kita hanya 79, Singapura sudah 90an indeksnya. Kita kalah dari Laos, Vietnam, Myanmar, semua kita kalah. Ini tanggungjawab Pak Dedi (Dedi Supandi-Kadisdik Jabar), tanggungjawab kepala sekolah agar meningkatkan IQ. Maka jawabannya adalah berinovasilah dalam kurikulum-kurikulumnya. Jangan gitu-gitu aja,” ujar Ridwan Kamil dalam rangkaian acara Siaran Keliling (Sarling) di SMA Negeri 1 Kawali, Kabupaten Ciamis, Rabu (26/10/2022).

Tidak hanya itu, seiring dengan perkembangan teknologi pada saat ini Emil mengingatkan kepada para guru untuk memilah sumber pengetahuan yang ada di internet, agar tidak memberikan dampak negatif bagi siswa.

“Saya ingatkan kepada guru. Kita bukan lagi pemberi ilmu. Kita ini adalah pemilah ilmu, karena ilmu bisa dihafal, dicari di internet. Bapak, ibu tugasnya memilah mana yang bisa dipelajari atau tidak,” ucapnya. (Yuliantono)


Editor : Ahmad Sayuti