Gibranku Bogor Raya Suarakan Hilirasi Swasembada Pangan Demi Indonesia Makmur

Ketua Relawan Gibranku Bogor Raya Dita Fajar Bayhaqi menyuarakan pentingnya hilirisasi swasembada pangan sebagai kunci Indonesia makmur.

Gibranku Bogor Raya Suarakan Hilirasi Swasembada Pangan Demi Indonesia Makmur
Hal itu karena Gibranku Bogor Raya menilai sejak dahulu Indonesia terkenal sebagai negara agraris yang berarti sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian, termasuk di Kabupaten Bogor. Untuk itu, hilirisasi swasembada pangan mutlak dibutuhkan. (reza zurifwan)

INILAHKORAN, Bogor - Ketua Relawan Gibranku Bogor Raya Dita Fajar Bayhaqi menyuarakan pentingnya hilirisasi swasembada pangan sebagai kunci Indonesia makmur.

Hal itu karena Gibranku Bogor Raya menilai sejak dahulu Indonesia terkenal sebagai negara agraris yang berarti sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian, termasuk di Kabupaten Bogor. Untuk itu, hilirisasi swasembada pangan mutlak dibutuhkan.

"Berdasarkan aspirasi dari masyarakat Bogor Raya, maka penting Gibranku Bogor Raya menggalakan kembali program hilirisasi swasembada pangan di Kabupaten dan Kota Bogor, maupun di Indonesia secara umum," ucap Dita Fajar Bayhaqi kepada wartawan, Rabu, 4 Januari 2024.

Baca Juga : Inflasi di Kabupaten Bogor Lebih Rendah Dibandingkan Kota Bogor, Inilah Alasannya

Dita Fajar Bayhaqi menuturkan, seiring perkembangan zaman dan juga masuknya budaya luar, minat generasi muda untuk bertani, berkebun, dan beternak semakin menurun.

"Mari kita tumbuhkan minat petani milenial, bahwa bidang pertanian, perkebunan dan peternakan apabila ditekuni maka penghasilan mereka sama atau bahkan lebih dari mereka yang mencari nafkah di perkotaan," tuturnya.

Caleg DPR Dapil Kabupaten Bogor dari PSI ini pun menyanggah bahwa profesi petani maupun peternak dianggap melelahkan dan kurang menguntungkan dari segi ekonomi.

Baca Juga : Diterjang Puting Beliung, Empat Ruang Kelas SDN Polisi 1 Ambruk

"Akibat kekurang pahaman, generasi muda baik gen z ataupun milenial minim pengetahuan dan keterampilan di bidang pertanian, hingga kita krisis akan jumlah petani milenial. Padahal profesi petani terbilang menarik dan menjanjikan," tambah Fajar.

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani