Hadapi Polusi Udara, Kemenkes dan Dinkes Kota Bogor Ajak Masyarakat Tingkatkan Kualitas Kesehatan

Soal polusi udara, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mengingatkan agar masyarakat tingkatkan kualitas kesehatannya, terutama daya tahan tubuh agar tidak terpapar penyakit yang ditimbulkan oleh polusi udara.

Hadapi Polusi Udara, Kemenkes dan Dinkes Kota Bogor Ajak Masyarakat Tingkatkan Kualitas Kesehatan
Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Anas Maruf didampingi Kepala Dinkes Kota Bogor Sri Nowo Retno dan Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes Kota Bogor, Bai Kusnadi.

Retno melanjutkan, ISPA non pneumonia sendiri umumnya ialah batuk-pilek. Sementara ISPA pneumonia batuk-pilek disertai dengan gejala lain, seperti kesulitan bernapas dan peningkatan frekuensi napas.

"Saat ini data kasus ISPA non pneumonia di Kota Bogor tak jarang menyentuh angka 1.000 jiwa, sedangkan yang mengida ISPA pneumonia tidak lebih dari 100 jiwa. Kasus total untuk pneumonia non pneumonia diangka 800-an, kadang nanti 1.000 jiwa. Ya, kadang angkanya seperti itu, memang yang paling banyak ISPA non penemoni, kalau yang penemoni hanya diangka 80 saja," terangnya didampingi Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes Kota Bogor, Bai Kusnadi.

Retno memaparkan, angka tersebut masih relatif stabil. Sebab Dinkes memantau sejak Januari hingga saat ini, angka pengidap ISPA pneumonia maupun non pneumonia di Kota Bogor tidak alami kenaikan yang cukup signifikan.

Baca Juga : Iwan Setiawan Dilantik jadi Bupati Bogor, Rudy Susmanto Sebut Sejarah Setelah 15 Tahun Partai Gerindra Berdiri

"Sampai saat ini kota Bogor dari pantauan sejak Januari sebenarnya belum ada kenaikan kasus yang signifikan itu belum ada masih relatif stabil. Di minggu-minggu terakhir juga belum ada kenaikan yang signifikan khususnya untuk Kota Bogor," paparnya.

Retno menegaskan, balita lebih beresiko terkena ISPA pneumonia maupun non pneumonia, sebab dari angka yang disebutkan dinas kesehatan didominasi oleh balita.

"Usia balita angkanya agak tinggi ya, dibandingkan yang lain, risiko rentan," pungkasnya.***

Baca Juga : Berkas Dugaan Tipikor Kades Tonjong Nonaktif Belum P-21, Tersangka Masih Ditahan di Kota Depok

Halaman :


Editor : JakaPermana