Hati-Hati dengan Kebohongan Hati Terselubung

KEJUJURAN merupakan anak kandung dari iman. Itu sebabnya salah satu ciri orang munafik adalah suka berbohong ketika berbicara. Sedangkan orang beriman meskipun ia belum bisa menghilangkan sebagian sifat buruk, seperti pelit atau penakut, tetapi tidak boleh memiliki sifat pembohong.

Hati-Hati dengan Kebohongan Hati Terselubung

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Berbuat jujurlah kalian! Karena kejujuran menunjukkan pada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan ke surga. Dan tidaklah seseorang terus berbuat jujur dan dengan sadar mengupayakan kejujuran, hingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang jujur." (Muslim, 4/2607).

Hadis tadi menyebutkan tata-cara seorang Muslim membina dirinya menjadi orang yang jujur. Bahwa ada beberapa tips menjadi seorang yang jujur:

a. Penghayatan iman tentang surga dan neraka. Bahwa kebaikan berbalas surga, dan keburukan berbalas neraka.
b. Pengetahuan bahwa kejujuran menjadi gerbang kebaikan, dan kebohongan menjadi gerbang keburukan. Kejujuran menjadi sifat dasar seorang Muslim.
c. Terus mengupayakan kejujuran. Karena memiliki sifat jujur membutuhkan proses, yaitu upaya terus-menerus untuk jujur, meskipun banyak godaan untuk berbohong.
d. Berhati-hati agar tidak berbohong. Misalnya, ketika dalam pembicaraan telepon seseorang ditanya sedang dimana? Dia menjawab sedang di luar kota. Dalam hatinya dia bermaksud bahwa ia berada di kota yang berbeda dari penelepon. Dia sadar bahwa penelpon akan menangkap bahwa dia benar-benar sedang pergi ke luar kota. Gaya pembicaraan seperti ini jika terus dilakukan bisa membuatnya terbiasa berbohong.

Baca Juga : Hadiah Bagi Orang-orang yang Sudah Meninggal

3. Kriteria Kejujuran:

Dalam bahasa Arab, jujur (sidq) adalah lawan dari berbohong (kadzib). Kejujuran aslinya disebutkan dalam konteks pembicaraan. Karena itu jujur didefinisikan sebagai kesesuaian antara perkataan dengan hati dan objek yang dikabarkan (Al-Munawi, At-Taarif, 451).

Sehingga jika suatu pembicaraan tidak sesuai dengan objek yang dikabarkan, ia merupakan kebohongan. Tetapi jika pembicaraan sesuai dengan objek berita, tetapi tidak sesuai dengan hati, maka dari segi kesuaiannya dengan objek berita disebut benar. Tetapi dari sisi perbedaannya dengan hati disebut kebohongan. Seperti orang munafik yang menyebut bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Perkataan itu benar, tetapi karena tidak sesuai dengan keyakinan dalam hatinya, mereka disebut telah berbohong. Firman Allah:

"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya. Tetapi Allah mengetahui sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta." (QS Al-Munafiqun: 1).


Editor : Bsafaat