Lapar Berguna sebagai Terapi Kesehatan

PUASA itu junnah, perisai. Bukan hanya bagi jiwa yang dekil, dengan menyucikannya, tapi juga raga, hingga mampu menangkis berbagai macam penyakit.

Lapar Berguna sebagai Terapi Kesehatan
ilustrasi/net

Selain memantau pola konsumsi, penelitian tersebut melihat juga perubahan indeks masa tubuh (IMT), suatu metoda untuk mengukur tingkat kegemukan. Caranya, berat berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m). IMT yang dihubungkan dengan risiko paling rendah terhadap kesehatan adalah antara 20 hingga 25. Orang yang memiliki IMT diantara nilai tersebut sangat kecil kemungkinannya untuk dikenai penyakit, terutama yang berhubungan dengan kegemukan.

Hasilnya, selain didapat penurunan rata-rata total energi yang dikonsumsi setelah 1 minggu menjalankan puasa ramadhan, diketahui pula terjadinya penurunan rata-rata berat badan dan IMT setelah 2 minggu berpuasa, serta bermakna pada minggu terakhir puasa (diantara nilai tersebut). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa puasa dapat diandalkan sebagai salah satu solusi untuk menurunkan berat badan.

Penelitian lain yang dilaksanakan pada bulan ramadhan telah pula dilakukan oleh Istanti dkk. Tempatnya sama, Poliklinik Geriatri RSCM, dengan subyek yang terlibat 59 orang, terdiri dari 24 pria dan 35 wanita, berusia 55 76 tahun.,

Seperti dikatakan para penelitinya, kegiatan ini sebetulnya merupakan lanjutan dari riset yang telah dilakukan pada binatang. Dalam rangka mencari jawab, apakah hal yang sama terjadi juga pada manusia? Hasil riset pada binatang menunjukkan bahwa pembatasan energi akan menurunkan kerja radikal bebas selain bisa jadi penyebab yang mendasari berbagai macam keadaan patologis, khususnya penyakit jantung aterosklerosis yang dikenal juga sebagai penyakit jantung koroner, beberapa pustaka menyebut bahwa radikal bebas juga dapat berdampak pada laju pertumbuhan sel kanker.

Dipihak lain, penurunan energi rupanya juga mampu memberi pengaruh pada peningkatan antioksidan, yang memiliki fungsi utama menetralisir efek negatif radikal bebas. Bila kadar antioksidan tubuh menurun, maka aterosklerosis semakin progresif.

Hasil penelitian tersebut, disamping mendapatkan adanya penurunan asupan energi sebanyak 12,90%, diketahui pula adanya penurunan radikal bebas yang diwakili MDA (malondialdehyde) sebanyak 95,45%.

Upaya Pengoptimalan


Editor : tantan