Lapar Berguna sebagai Terapi Kesehatan

PUASA itu junnah, perisai. Bukan hanya bagi jiwa yang dekil, dengan menyucikannya, tapi juga raga, hingga mampu menangkis berbagai macam penyakit.

Lapar Berguna sebagai Terapi Kesehatan
ilustrasi/net

Sinyalemen Rasulullah yang menyatakan ada yang berpuasa hanya mendapat lapar dahaga semata, tampaknya bisa pula dikaitkan dengan efek puasa pada kesehatan. Dalam artian, tak sedikit orang yang berpuasa tapi hanya beroleh manfaat minimal dari puasanya bagi peningkatan derajat kesehatan. Sebut umpamanya hasil kajian Wahjoetomo (1997) yang mendapatkan, terjadinya peningkatan kadar gula, trigliserida, LDL (kolesterol jahat) serta penurunan HDL, yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, selama puasa pada para respondennya.

Ada beragam sebab yang bisa memicu hal itu. Beberapa diantaranya berkaitan dengan perubahan pola konsumsi selama puasa, seperti kebiasaan "balas dendam" saat buka maupun karena kebanyakan mengkonsumsi makanan berkadar lemak tinggi umumnya terdapat dalam hidangan asal hewan atau yang bersantan serta perilaku malas-malasan yang berlebihan.

Maka, agar pelaku puasa juga bisa memperoleh manfaat maksimal bagi kesehatannya, setidaknya beberapa hal-hal berikut perlu mendapat perhatian :

Pertama, berkait dengan asupan kalori, dengan tidak menjadikan waktu berbuka dan bersahur sebagai acara "balas dendam" atau "penimbunan", disamping mengurangi porsi asupan menu khusus ramadhan yang terkadang sanggup membuat tensi meninggi;

Kedua, pelaku puasa dianjurkan untuk tidak mengurangi apalagi melupakan konsumsi zat-zat gizi mikro sebagai sumber antioksidan alami, seperti vitamin dan mineral, yang banyak terdapat dalam sayur dan buah-buahan. Pelaku puasa perlu memahami, bahwa banyak makan tidak selalu identik dengan banyak memasukkan kalori;

Ketiga, pelaku puasa juga sebaiknya tidak perlu jadi "rajin" keluyuran, banyak dipapar matahari, "menyantap" udara penuh polusi. Sinar ultra violet dan udara kotor merupakan salah satu pemancing munculnya radikal bebas;

Keempat, jauhi rokok. Di samping biang masalah, asap rokok juga mampu mempengaruhi kekuatan antioksidan betakarotin menjadi prooksidan, yang tentunya sangat merugikan kesehatan;


Editor : tantan