Pengamat Menilai Emil Jangan Tergesa-gesa Berbaju Partai

Gubernur Jabar Ridwan Kamil digadang-gadang masuk pusaran dua partai politik sejak tiga pekan terakhir ini. Kedua partai itu yakni Golkar dan Demokrat. 

Pengamat Menilai Emil Jangan Tergesa-gesa Berbaju Partai
net

Bahkan, Muradi menilai jika tokoh sekelas Emil terbawa masuk ke dalam Partai Demokrat maka akan rugi. Menurutnya dengan kondisi konflik internal di partai besutan SBY tersebut, maka Emil tidak bisa memanfaatkan partai tersebut sebagai kendaraan yang solid menghadapi kontestasi Pilpres 2024. 

“Kolam politiknya makin kecil dan dia akan terjebak dalam konflik internal. Itu wasting time. Karena dia bukan kader lama. Peluang untuk fighting tak terlalu kuat dibandingkan kader lama. Sekarang kan pertarungan pendiri dan anak muda. Saya kira fokus saja, peluang itu akan hadir pada 2022. Ada dua kemungkinan, pertama ada proses pemilihan presiden konvensi NasDem misalnya, atau membangun komunikasi dengan semua partai. Karena peluangnya masih fifty-fifty,” kata Muradi.

Memang, diakui Muradi, karena saat ini Demokrat lebih dominan kader anak muda, masuk ke dalam partai tersebut cocok dengan karakter dan kapasitas Emil. Namun dia menilai masuk menjadi anggota partai politik harus menjadi opsi terakhir bagi mantan Wali Kota Bandung tersebut. 

Baca Juga : Sekda Jabar Apresiasi Pengembangan BRT di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung

“Kalaupun menarik, pertimbangannya harus belakangan, terakhir sekali. Kalau dia misalkan di NasDem, Demokrat, Golkar, maka orang tidak akan melirik dia sebagai figur yang dianggap bareng-bareng. Sementara saat dia di Kota Bandung dan Jabar karakternya bukan orang partai,” katanya.

Muradi sendiri meminta Kang Emil memanfaatkan sisa jabatan sebagai gubernur dan tidak terburu-buru. Menurutnya Kang Emil perlu mengoptimalkan kerja sebagai gubernur Jabar karena akan memberikan efek elektoral luar biasa mengingat Jabar penduduknya paling besar. 

“Kedua, harus mengkaitkan bahwa kerja elektoral di Jabar sama dengan kerja politik nasional, jangan dibedakan harus sinergis karena dia wakil pemerintah pusat di daerah. Ketiga, baru membangun konektivitas dengan sejumlah wilayah yanh punya basis kecenderungan pemilih Kang Emil contoh misalnya Jateng, Jatim, Bali, Indonesia timur. Tiga hal itu lebih baik ketimbang terjebak dalam dinamika soal pemiliham ketua partai,” pungkasnya.

Sebelumnya, salah satu pendiri Partai Demokrat, Darmizal mengungkapkan, sudah ada banyak nama yang diwacanakan untuk menggantikan AHY.


Editor : Doni Ramdhani