Siapakah Orang Ahlus Sunnah Wal Jamaah Itu?

AHLUS Sunnah wal Jamaah, secara harfiah, berarti orang yang berpegang dan mengikuti tuntunan dan kelompok Nabi saw. Sebab, secara harfiah sunah berarti tharqah (tuntunan), maslak (rute yang dilalui) dan mawrid (sumber air); [1] juga bisa berarti tharqah mahmdah mustaqmah (tuntunan yang terpuji dan lurus).

Siapakah Orang Ahlus Sunnah Wal Jamaah Itu?
ilustrasi/bambang prasethyo

AHLUS Sunnah wal Jamaah, secara harfiah, berarti orang yang berpegang dan mengikuti tuntunan dan kelompok Nabi saw. Sebab, secara harfiah sunah berarti tharqah (tuntunan), maslak (rute yang dilalui) dan mawrid (sumber air); [1] juga bisa berarti tharqah mahmdah mustaqmah (tuntunan yang terpuji dan lurus).

Karena itu, Fulan disebut Ahlus Sunnah, maksudnya adalah orang yang menjadi pengikut tuntunan yang terpuji dan lurus [2]. Mereka inilah yang juga disebut ahl al-haq (pengikut kebenaran), lawan dari ahl al-ahwa (pengikut hawa nafsu) [3]. Ahlus Sunnah juga bisa berarti orang yang mengikuti sunnah Nabi saw., lawan dari ahl al-bidah. Hanya saja, penggunaan istilah Ahlus Sunnah kemudian mengalami reduksi sedemikian rupa setelah istilah ini diadopsi oleh Ahli Kalam hingga hanya berlaku untuk tiga kelompok yang menjadi pengikut: Maturidi, Asyari, Thahawi; ditambah Salafi (pengikut Ibn Taimiyah).

Prof. Rawwas Qalah Ji, misalnya, dalam Mujam Lught al-Fuqah menyatakan, bahwa Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang dalam berakidah terikat dengan al-Quran dan as-Sunnah, bukan pandangan para filosof. Mereka kembali kepada tiga kelompok, yaitu para pengikut Maturidi al-Hanafi (w. 333 H), para pengikut Asyari (w. 330 H) dan pengikut Salafi yang digagas oleh Ibn Taimiyah (w. 728 H) [4].

Baca Juga : Lalai Ibadah, Tersibukkan dengan Anak dan Istri

Karena itu, istilah Ahlus Sunnah telah mengalami transmisi dari istilah umum untuk semua orangtermasuk mazhab yang mengikuti tuntunan Nabi saw. dan para Sahabatmenjadi istilah khas; hanya dibatasi untuk mazhab tertentu dalam akidah, fikih dan siysah. Dulu orang-orang NU, misalnya, mengklaim dirinyalah Ahlus Sunnah, karena mereka menggariskan akidahnya mengikuti Asyari dan Maturidi. Mereka menganggap Muhammadiyah bukan Ahlus Sunnah karena tidak mengikuti kedua mazhab tersebut.

Sebaliknya, Muhammadiyah pernah menganggap orang-orang NU sebagai ahl al-bidah, dan karenanya tidak layak disebut Ahlus Sunnah; yang layak disebut Ahlus Sunnah hanya orang-orang Muhammadiyah. Klaim seperti ini bisa terjadi, karena masing-masing membangun klaim dengan pijakan dan paradigma yang berbeda. Satu pihak menganggap Ahlus Sunnah sebagai mazhab tertentu sehingga siapa saja yang tidak mengikuti mazhab tersebut dianggap bukan Ahlus Sunnah.

Pihak lain menganggap Ahlus Sunnah bukan sebagai mazhab tertentu, tetapi sebagai tuntunan Nabi saw. yang harus diikuti, sehingga siapa saja yang menyimpang dari tuntunan tersebut disebut ahl al-bidah, bukan Ahlus Sunnah. Dengan kata lain, Ahlus Sunnah menurut Muhammadiyah adalah istilah umum, bukan khusus untuk mazhab tertentu. Sebaliknya, menurut NU, Ahlus Sunnah adalah istilah khas, yang merujuk pada mazhab tertentu.

Baca Juga : Ibadah yang Paling Berat Nilai Pahalanya

Dalam teori usul fikih, istilah tersebut bisa dikategorikan sebagai haqqah urfiyyah (makna hakiki menurut konvensi). Ada yang khshash, atau konvensi tertentu, seperti konvensi Ahli Kalam, sehingga istilah tersebut disebut haqqah urfiyyah khshah inda al-mutakallimn. Namun, ada juga yang bersifat mmah, atau konvensi umum, sehingga bisa disebut haqqah urfiyyah mmah. Nah, dalam kasus NU dan Muhammadiyah, bisa disimpulkan, bahwa NU menggunakan istilah tersebut dalam konteks haqqah urfiyyah khshah, sementara Muhammadiyah menggunakannya dalam konteks haqqah urfiyyah mmah.

Halaman :


Editor : Bsafaat