Tak Usah Sesali Kebaikan yang Tak Terbalaskan

SERING kita mendengar orang berkata: "Dia itu hanya kenal kita kalau sedang butuh. Ketika tak lagi butuh, dia menghilang entah kemana, ketemu kitapun seakan tak pernah kenal dan tak tahu nama."

Tak Usah Sesali Kebaikan yang Tak Terbalaskan
Ilustrasi/Net

SERING kita mendengar orang berkata: "Dia itu hanya kenal kita kalau sedang butuh. Ketika tak lagi butuh, dia menghilang entah kemana, ketemu kitapun seakan tak pernah kenal dan tak tahu nama."

Kalimat ini sebenarnya sangat manusiawi pada sisi memang sepantasnya menyayangi dan disayangi, mencinta dan dicinta, serta membantu dan dibantu harus menjadi hukum alam yang berlaku dimanapun dan kapanpun.

Namun kenyataannya terlalu banyak faktor yang menjadikan sesuatu yang normal menjadi tak normal, yang seharusnya tak menjadi yang senyatanya, dan yang biasa menjadi tak biasa. Agar tidak menjadi sakit hati kronis, ingat saja pada teori psikologi bahwa "orang itu tidak akan loyal dan setia selamanya, kecuali mereka yang hatinya melepaskan diri dari kepentingan-kepentingan selain kepentingan hidup damai bersama demi kemaslahatan bersama."

Baca Juga : Saudara-Saudara Syetan di Bulan Ramadhan

Tak perlu menyesal karena telah membantu orang yang tak pernah membalas bantuan kita, tak perlu bersedih karena telah membahagiakan orang yang tidak lagi membahagiakan kita, dan tidak perlu menyimpan derita karena telah menolong orang yang tidak lagi mau menolong kita. Cukup katakan dalam hati: "Alhamdulillah saya telah berkesempatan membantu, membahagiakan dan menolong orang itu."

Kebaikan kita tetap akan menjadi kebaikan, dan pada akhirnya akan kembali kepada kita pada saat yang Allah tentukan dan dengan cara yang Allah suka. Tetaplah tersenyum dan tetaplah berbuat baik. Kata para bijak: "Jadilah bagai tanah yang tetap ridla menggung beban diinjak-injak semua manusia, baik manusia yang perilakunya positif atapun yang negatif, tanpa diskriminasi atau pilih kasih."

Bisakah menjadi seperti tanah? Berat sekali, bukan? Yang bisa, layaklahvmereka bergelar PAKUBUMI atau MANGKUBUMI. Salam, AIM, Pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]

Baca Juga : Hidup Sederhana Teladani Rasulullah


Editor : Bsafaat