Begini Cara Penuhi Hak Anak Tanpa Gadget

Salah satu hak anak adalah mendapat kebahagiaan, kebersamaan dengan keluarga. Lantas, bagaimana jika anak terlalu akrab dengan gadget atau gawai, dibanding dengan orangtuanya?

Begini Cara Penuhi Hak Anak Tanpa Gadget
Ilustrasi
INILAH, Tangerang- Salah satu hak anak adalah mendapat kebahagiaan, kebersamaan dengan keluarga. Lantas, bagaimana jika anak terlalu akrab dengan gadget atau gawai, dibanding dengan orangtuanya?
 
Kondisi tersebut yang membuat Founder Rumah Amalia, Muhammad Agus Syafii mencoba memberikan edukasi tentang pentingnya pemenuhan hak anak, saat berpartisipasi pada pameran 5thh Banten Campus Expo 2019 di Mall Teras, Kota, BSD Tanggerang Selatan, Senin, (25/03/2019). Acara tersebut berlangsung tiga hari mulai dari 25 - 27 Maret 2019.
 
Orangtua kini banyak salah arti merepresentasikan bentuk kasih sayang. Salah satunya dengan terlalu cepat memperkenalkan gawai kepada buah hatinya. Padahal, yang dibutuhkan anak adalah merasakan kasih sayang seutuhnya saat bersama dengan orangtua.
 
"Contohnya, ketika ada seorang anak di restoran, dia menangis kencang tetapi sama orangtuanya justru dikasih hp (handphone). Tetapi tangisannya pun semakin kencang. Ternyata, anak hanya ingin digendong oleh Ibunya. Bentuk komunikasi seperti yang mungkin tidak dimengerti," kata Agus.
 
Dia menjelaskan, terdapat penelitian yang menunjukkan, usia anak 2 tahun sudah banyak dikenalka dengan gawai. Hal ini dilakukan ketika orangtua sedang menyusui dan kemudian menampilkan video yang ada di dalam gawai.
 
"Kesimpulannya adalah berbahaya ketika anak - anak jika gadget disingkirkan orangtua, anak menjadi histeris," tambahnya.
 
Untuk memerdekakan hak anak, orangtua bisa mengistirahatkan gadget dari pandangan anak. Ini bisa dilakukan dengan kegiatan sehari - hari dan rutin dikerjakan.
 
"Misalnya, boleh memberikan gadget pada jam 1 - 3. Gunakan gadget sebentar saja, selebihnya waktu yang dihabiskan bisa digunakan untuk bermain bola, dan lainnya," ujarnya.
 
Contoh nyata lainnya adalah dengan membuat kesepakatan antara orangtua dengan anak. Misalnya, interaksi orangtua dengan terjadi ketika sudah selesai bekerja.
Orangtua berada di rumah dan benar - benar memiliki waktu berkualitas dengan anak tanpa menggunakan gadget.
 
"Jadi, kalau sudah di rumah gadget harus disingkirkan. Mulailah percakapan yang sederhana dengan anak. Misalnya, dengan bertanya, bagaimana kegiatannya saat di sekolah. Pelajaran di sekolah seperti apa, dan lainnya. Sifatnya ringan, namun ini menjadi sebuah interaksi antara orangtua dan anak," paparnya.(tka/inilah.com)


Editor : inilahkoran