Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19, Taman Satwa Cikembulan Disiplinkan Protokol Kesehatan

Aktivitas pariwisata merupakan salah satu sektor kegiatan terdampak langsung Pandemi Covid-19 paling nyata. Sehingga banyak usaha pariwisata di berbagai daerah mengalami kolaps karena sepinya pengunjung, selain akibat sempat ada pelarangan Pemerintah akan beroperasinya aktivitas wisata itu sendiri. 

Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19, Taman Satwa Cikembulan Disiplinkan Protokol Kesehatan
Foto: Zainulmukhtar

INILAH, Garut - Aktivitas pariwisata merupakan salah satu sektor kegiatan terdampak langsung Pandemi Covid-19 paling nyata. Sehingga banyak usaha pariwisata di berbagai daerah mengalami kolaps karena sepinya pengunjung, selain akibat sempat ada pelarangan Pemerintah akan beroperasinya aktivitas wisata itu sendiri. 

Sebagian pengelola usaha wisata berupaya bertahan, dan mulai menggeliat lagi ketika kran aktivitas kunjungan wisata mulai dibuka. Kendati hasilnya masih sangat jauh dari normal. 

Salah satu usaha wisata yang terus bertahan di tengah kian melonjaknya kasus penularan Covid-19 yaitu Taman Satwa Cikembulan di Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut. 

Baca Juga : Gelar Pernikahan, Satgas Covid-19 Kabupaten Cirebon Terapkan Prokes Ketat

Menurut Manajer Taman Satwa Cikembulan Rudy Arifin, dampak terhebat Covid-19 sangat dirasakan terutama pada awal-awal pandemi pada Maret hingga Juni 2020, ketika semua aktivitas wisata termasuk Taman Satwa Cikembulan diharuskan ditutup selama hampir empat bulan itu. 

Selama rentang waktu tersebut, guna mempertahankan keberadaannya, pengelola terpaksa merumahkan sebagian karyawan dan mengurangi gaji karyawan yang masih bekerja hingga 50 persen. Sedangkan biaya pengeluaran untuk operasional, mulai gaji karyawan, pemeliharaan sarana fasilitas, dan pakan bagi 450 ekor satwa yang ada, termasuk obat-obatan, demi menjaga kesehatan satwa yang nilainya mencapai puluhan juta rupiah per bulan harus tetap tersedia. Ditambah pengadaan sarana prasarana untuk pencegahan Covid-19, mulai masker, tempat cuci tangan, thermogun, sabun, hand sanitizer dan cairan desinfektan beserta kelengkapan peralatannya. Padahal, tidak ada pemasukan pendapatan karena pendapatan diperoleh dari pengunjung otomatis hilang sama sekali. 

"Hanya karyawan yang setiap harinya merawat satwa dan memberi pakan serta tim medis yang tetap bekerja. Setelah kami mulai buka kembali, sebagian karyawan yang kami rumahkan, bekerja lagi," kata Rudy, Minggu (29/11/2020).

Baca Juga : Awas Klaster Keluarga dan Nakes, Merebak di Pameungpeuk dan Sekitarnya

Sayangnya, ketika aktivitas wisata diperbolehkan dibuka kembali, dampak Covid-19 terhadap tingkat kunjungan wisatawan masih belum pulih. 

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani