BKKBN Paparkan Tiga Tantangan Wujudkan Generasi Emas Tahun 2045

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memaparkan tiga poin yang menjadi tantangan peningkatan kualitas anak guna mewujudkan generasi emas pada tahun 2045.

BKKBN Paparkan Tiga Tantangan Wujudkan Generasi Emas Tahun 2045
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memaparkan tiga poin yang menjadi tantangan peningkatan kualitas anak guna mewujudkan generasi emas pada tahun 2045.

INILAHKORAN,Bandung- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memaparkan tiga poin yang menjadi tantangan peningkatan kualitas anak guna mewujudkan generasi emas pada tahun 2045.

"Selain stunting, kita juga punya problem mental disorder dan difabel autisme," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo pada pidato kunci dalam kegiatan "KKN ku Asik dan Keren" dan "Gerakan Percepatan Penurunan Stunting di Sumatera Barat melalui KKN Universitas Andalas" secara virtual di Padang, Sabtu, 3 Juni 2023 lalu.

Hasto mengemukakan, saat ini Indonesia masih menghadapi masalah stunting yang mencapai 21,6 persen, 4,1 persen difabel autisme, dan 9,8 masalah mental disorder. Bahkan salah satu dampak buruk remaja yang terdampak dari tiga masalah itu tak jarang mengonsumsi narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya atau napza.

Baca Juga : Ketua MPR Minta Pemerintah Serius Tangani Perundungan di Lingkungan Pendidikan

Berdasarkan Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP) tahun 2019 diketahui 5,1 persen remaja di Indonesia pernah mengonsumsi napza. Kemudian tujuh per 1.000 remaja juga mengalami gangguan kejiwaan atau disebut Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Mirisnya, lanjut Hasto, banyak kepala daerah selama ini justru lebih fokus memacu peningkatan pembangunan fisik ketimbang membangun kualitas sumber daya manusia.

Oleh karena itu ia berharap Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Andalas (Unand) yang salah satu fokusnya membahas penanganan stunting mampu mencari solusi pembangunan dan peningkatan SDM.

"KKN ini harus memerhatikan kualitas SDM. Bagaimana nanti kalau mahasiswa menemukan​​​ dari 1.000 penduduk ada tujuh orang yang senyum-senyum sendiri," katanya.

Halaman :


Editor : Ghiok Riswoto