Fakta Ilmiah dan Kedudukan Kucing dalam Islam

BANYAK mitos yang bertebaran di setiap kehidupan kucing mulai dari memiliki sembilan nyawa hingga sebagai jelmaan dewa. Seperti yang terjadi pada masa dinasti Firaun 3000 tahun yang lalu, kucing amat dipuja karena dianggap sebagai titisan dewa.

Fakta Ilmiah dan Kedudukan Kucing dalam Islam
Ilustrasi/Net

Nabi ditanya mengenai kejadian tersebut, beliau menjawab, "Ya Anas, kucing termasuk perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu, bahkan tidak ada najis."

Diriwayatkan dari Dawud bin Shalih At-Tammar dan ibunya yang menerangkan bahwa budaknya memberikan Aisyah semangkuk bubur. Namun, ketika ia sampai di rumah Aisyah, tenyata Aisyah sedang shalat. Lalu, ia memberikan isyarat untuk menaruhnya. Sayangnya, setelah Aisyah menyelesaikan shalat, ia lupa ada bubur.

Datanglah seekor kucing, lalu memakan sedikit bubur tersebut. Ketika ia melihat bubur tersebut dimakan kucing, Aisyah lalu membersihkan bagian yang disentuh kucing, dan Aisyah memakannya.

Rasulullah SAW bersabda, "Ia tidak najis. Ia binatang yang berkeliling." Aisyah pernah melihat Rasulullah Saw berwudhu dari sisa jilatan kucing." (H.R Al Baihaqi, Abd Al-Razzaq, dan Al-Daruquthni).

Hadits ini diriwayatkan Malik, Ahmad, dan imam hadits yang lain. Oleh karena itu, kucing adalah binatang, yang badan, keringat, bekas dari sisa makanannya adalah suci, liurnya bersih dan membersihkan, serta hidupnya lebih bersih daripada manusia.

Mungkin ini pula-lah yang menyebabkan mengapa Rasulullah SAW sangat sayang kepada Muezza, kucing peliharaannya.[fimadani]

Halaman :


Editor : Bsafaat