Hingga Akhir Februari, Status Kab Bogor Masih Siaga Darurat Bencana Hydrometereolog

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan puncak musim hujan di Kabupaten Bogor hingga akhir Bulan Februari.

Hingga Akhir Februari, Status Kab Bogor Masih Siaga Darurat Bencana Hydrometereolog
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bogor Dede Armansyah. (Reza Zurifwan)

INILAH, Bogor- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan puncak musim hujan di Kabupaten Bogor hingga akhir Bulan Februari.

Bupati Bogor Ade Yasin pun masih memberlakukan status siaga darurat terhadap bencana  alam hydrometereologi dari Bulan November Tahun 2020 lalu hingga 28 Februari mendatang.

"Status Kabupaten Bogor masih siaga darurat dari mulai ditetapkan oleh Bupati Ade Yasin di Bulan November lalu hingga akhir bulan ini, hal utu berdasarkan pertimbangan prakiraan BMKG," kata Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bogor Dede Armansyah kepada wartawan, Rabu, (3/2).

Baca Juga : Pegawai Puskesmas Cisarua Terpapar Covid-19, Satgas Gercep Lakukan Ini

Mantan Kabid Kelistrikan Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Bogor ini menerangkan bahaya bencana alam yang mengancam di Bumi Tegar Berima  saat musim hujan ini dimulai dari tanah longsor hingga banjir bandang 

"Bulan Januari lalu kita sempat mengalami bencama alama tanah longsor dan banjir bandang di Gunug Mas, Desa Tugu Selatan, Cisarua. Untuk mencegah terjadinya bencana serupa Pemkab Bogor pun meminta seluruh aparatur desa dan kecamatan mengecek lingkungannya kalau ada retakan tanah di tebing dekat pemukiman warga maka segera lakukan penanganan antisipasi atau laporkan ke BPBD," terangnya.

Dede menuturkan saluran air hingga sungai juga harus dibersihkan dari timbunan sampah, hal itu karena bisa memicu terjadinya bencana alam banjir bandang.

Baca Juga : Waduh, Satgas Penanganan Covid-19 Temukan 17 Karung Sampah APD Dibuang Sembarangan

"Berkaca bencana alam banjir bandang di Gununv Mas karena tersumbatnya air di 
Sungai Cisampai karena tidak dibersihkannya material longsor oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII memicu banjir bandang. Bencama alam tersebut telah mengirim sampah-sampah batang pohon berukuran besar hingga merusak 3 uni rumah dan 1 unit warung milik karyawan PTPN VIII," tutur Dede.

Halaman :


Editor : Bsafaat