Ini Penyebab Lain Tingginya Harga Ayam Potong di Jawa Barat

Divisi Pertanian dan Ketahanan Pangan Komite Pemulihan Ekonomi Daerah (KPED) Provinsi Jawa Barat Tri Bagus Santoso membeberkan, ternyata selain harga pakan yang melambung, panjangnya rantai pasok turut menjadi penyebab naiknya harga ayam potong dalam beberapa bulan terakhir.

Ini Penyebab Lain Tingginya Harga Ayam Potong di Jawa Barat
Divisi Pertanian dan Ketahanan Pangan Komite Pemulihan Ekonomi Daerah (KPED) Provinsi Jawa Barat Tri Bagus Santoso membeberkan, ternyata selain harga pakan yang melambung, panjangnya rantai pasok turut menjadi penyebab naiknya harga ayam potong dalam beberapa bulan terakhir.
INILAHKORAN, Bandung - Divisi Pertanian dan Ketahanan Pangan Komite Pemulihan Ekonomi Daerah (KPED) Provinsi Jawa Barat Tri Bagus Santoso membeberkan, ternyata selain harga pakan yang melambung, panjangnya rantai pasok turut menjadi penyebab naiknya harga ayam potong dalam beberapa bulan terakhir.
Dia mengatakan, memang terjadi kenaikan harga pakan akibat krisis global. Mengingat mayoritas sumber pakan, yaitu jagung bersumber dari luar negeri. Sehingga berdampak kepada peternak dan pada akhirnya menaikkan harga jual. Namun sejatinya kenaikan di peternak ini tutur dia, tidak terlalu besar. Bila dibandingkan dengan harga ayam potong yang berada di pasar, dimana mencapai Rp45-50 ribu perkilogram.
Masalah ini timbul akibat rantai pasok distribusi dari peternak hingga produsen, yang diakuinya sangat panjang. Sehingga menyebabkan harga melambung tinggi, sementara di peternak meski ada kenaikan namjn tidak terlalu menonjol.
"Di konsumen Rp30-33 ribu normal. Peternak bisa mendapatkan untung. Harga di tingkat konsumen tinggi tapi di peternak margin tidak terlalu tinggi. Perlu perbaikan rantai pasok, mulai dari primer peternak, RPH sampai konsumen, rantai pasok kadang tidak hanya 3-4 titik. Panjang. Kami di Pemprov Jabar memperbaiki rantai pasok melalui supply chain center, bagaimana rantai pasok diperbaiki," ujarnya di Gedung Sate, Kamis 20 Juli 2023.
Selain itu terkait ketersediaan pakan, dia menilai mau tidak mau pemerintah harus swadaya memperbanyak produksi dalam negeri dan tidak bergantung pada impor. Sehingga ketika terjadi dinamika global, kondisi ketahanan pangan tidak mengalami kendala.
"Ini kalau kita tidak punya kemandirian dalam pasokan pakan, khususnya di sektor tanaman pangan. Meningkatkan produksi jagung, maka jangka panjang sulit turun kembali (harga ayam potong)," ucapnya.
Maka dari itu dia berharap, pemerintah dapat melakukan tindakan preventif dalam menjaga ketersediaan bahan baku produksi, dalam hal ini pakan ayam. Guna menormalisasi harga di kemudian hari.
"Langkah kita dari pemerintah adalah bagaimana meningkatkan produksi jagung yang komponen terbesar dalam pakan. Kalau pakan bisa ditekan, maka HPP akan turun dan peternak menikmati keuntungan saat harga jual turun. Sekarang masih sulit," imbuhnya.
Tidak hanya itu, sinergitas data mulai dari kabupaten/kota, provinsi hingga pusat diakuinya turut menjadi kendala. Situasi ini berujung dengan sulitnya melakukan mitigasi kata Bagus, meski sejauh ini sudah mulai dibenahi melalui Sistem Informasi Pengawasan Pangan dan Gizi (SIMAWASPAGI) yang dibuat oleh Pemprov Jabar.
"Belum terintegrasi. Data ada tapi tersebar. Itu tadi di SIMAWASPAGI kami mengharmonisasikan semua data yang tersebar. Baik di tingkat kota/kabupaten, provinsi sampai kementerian kita integrasikan jadi satu data Jabar di bidang pangan. Dari situ kita bisa pelajari, pergerakan baik dari rantai pasok fisik maupun rantai nilai. Akan lihat dimana harga yang tinggi. Penyebabnya apa, apakah di produsen, RPH atau konsumen," terangnya.
Lebih lanjut Bagus menuturkan, kenaikan harga ayam potong pada saat ini tidak dapat diprediksi kapan akan berakhir, akibat situasi sekarang. Dimana mayoritas pakan bersumber pada impor dan otomatis berimbas terhadap harga ternak.
"Jangka pendek belum bisa tertangani, tapi kami akan terus dengan dinas agar semua pihak bisa menekan komponen harga pakan sehingga HPP bisa turun. Kami agak sulit memprediksi. Kelemahan kita, belum memiliki data pangan yang akurat. Tidak bisa memprediksi, karena berapa jumlah produksi," ungkapnya.
Sementara Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jabar Indriantari memastikan, ketersediaan ayam potong dijamin aman, kendati harganya melambung. Mengingat kenaikan harga bukan disebabkan oleh kelangkaan, melainkan harga bahan baku pakan.
"Ketersediaan tetap ada. Harga tinggi faktornya ada kenaikan di pakan, sehingga ketika pakan naik otomatis HPP tinggi. Ketersediaan ada, jangan khawatir," tandasnya. (Yuliantono)


Editor : JakaPermana