Menguak Sejarah Perjuangan Dibalik Keindahan Alun-alun Cimahi 

Cimahi merupakan salah satu kota di Jawa Barat dengan tiga kecamatan, yakni Kecamatan Cimahi Selatan, Kecamatan Cimahi Tengah dan Kecamatan Cimahi Utara.

Menguak Sejarah Perjuangan Dibalik Keindahan Alun-alun Cimahi 
Cimahi merupakan salah satu kota di Jawa Barat dengan tiga kecamatan, yakni Kecamatan Cimahi Selatan, Kecamatan Cimahi Tengah dan Kecamatan Cimahi Utara./Agus Satia Negara
INILAHKORAN, Cimahi - Cimahi merupakan salah satu kota di Jawa Barat dengan tiga kecamatan, yakni Kecamatan Cimahi Selatan, Kecamatan Cimahi Tengah dan Kecamatan Cimahi Utara.
Memiliki luas 4.025,73 hektare, Cimahi sebelumnya merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung. Namun, berkat perkembangan dan kemajuannya yang cukup pesat, status Cimahi ditingkatkan menjadi Kota Administratif.
Hal itu berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1975 tentang Pembentukan Kota Administratif.
Perkembangan dan kemajuan Kota Cimahi tersebut dapat dilihat dari berbagai sarana dan prasarana yang telah dibangun. Termasuk dengan fasilitasnya adanya pusat perbelanjaan, kantor, hotel, perumahan, pertokoan, transportasi, hingga tempat rekreasi.
Hal menarik lainnya yang ada di Kota Cimahi adalah keberadaan taman kota sebagai ruang terbuka hijau (RTH) dengan beragam konsep yang menarik, seperti alutsista atau kendaraan militer, termasuk taman-taman keluarga.
Namun, dari banyaknya taman di Kota Cimahi, ternyata ada satu taman yang menjadi ikon Kota Cimahi, yakni Taman Alun-alun Cimahi.
Meski tak sebesar Alun-alun Bandung, Alun-alun Kota Cimahi ternyata menyimpan sejarah perjuangan rakyat untuk melawan penjajah.
Pegiat Sejarah, Machmud Mubarok menuturkan, sejarah mencatat, sekitar tahun 1946, Pasukan Regu Kompi Daeng bersama Laskar Banteng Cimahi, BARA dan Detasemen Abdul Hamid melakukan penyergapan dan penembakan ke arah truk konvoi para penjajah. 
Ia menjelaskan, suatu ketika terjadi pertempuran di sekitar Alun-alun Cimahi dimana pasukan pribumi saat itu awalnya menerima informasi bahwa akan ada konvoi pasukan Belanda dari arah Bandung menuju arah Padalarang.
"Jadi ada Sekutu dan Belanda yang konvoi kemudian dilakukan pencegatan. Sampai ada beberapa orang yang jadi korban, termasuk pihak kita juga ada yang tertembak," katanya.
"Teman-teman saya cerita, pamannya turun langsung dalam pertempuran pertempuran tersebut dan jadi korban," sambungnya.
Dalam pencegatan tersebut, sambung dia, para pasukan pejuang Cimahi menggunakan teknik hit and run, dimana mereka secara sembunyi-sembunyi dalam melakukan penyerangan.
"Teknik tersebut berhasil membuat mundur pasukan Belanda hingga urung melakukan konvoi," bebernya.
Dari pertempuran di Alun-alun Cimahi itu, tambah dia, para pejuang berhasil mengatasi sekitar tiga kendaraan, termasuk mengamankan senjata milik penjajah. 
"Salah satunya bahkan dijadikan kendaraan operasional Laskar Banteng Cimahi," tandasnya.*** (agus satia negara).***


Editor : JakaPermana