Menjaring Pembeli Mobil Listrik Melalui Pengembangan Masif SPKLU

Sepekan jelang tutup akhir tahun 2020, Kota Pahlawan kedatangan mobil spesial. Warnanya putih, merek "Hyundai Ioniq".

Menjaring Pembeli Mobil Listrik Melalui Pengembangan Masif SPKLU
Ilustrasi/Antara Foto

Pajak kendaraan pertama beli dan tahunan, kata dia, saat ini di Jatim masih sama dengan pembelian sepeda motor konvensional, padahal pembelian pertamanya harganya lebih mahal.

“Kalau bisa ada intensif pengurangan pajak agar orang tertarik, bahkan nol persen. Seperti di Jakarta yang sudah nol persen dan gairah sepeda motor listrik di sana bagus,” tukas lulusan S3 The University of Manchester tersebut.

Berikutnya, baru masuk ke infrastruktur, seperti pembangunan SPKLU atau tempat untuk mengisi daya kendaraan.

Baca Juga : Siti Khadijah Rilis Koleksi Baru, Eshal dan Saira

Namun, dosen teknik mesin ITS itu juga mengingatkan pentingnya protokol komunikasi atau standarisasi pada kendaraan listrik di Indonesia.

“Jenis, atau bahkan merek kendaraan listrik pun berbeda, termasuk mengisinya. Maka harus ada teknologi komunikasi terstandar sehingga memudahkan konsumen,” kata akademisi yang pernah memproduksi sepeda motor listrik GESITS tersebut.

Sedangkan, terkait cuaca atau melintasi hujan dan banjir, Doktor Yuniarto juga memastikan bahwa kendaraan listrik aman dan inilah yang harus diketahui masyarakat.

Baca Juga : Siemens, IBM dan Red Hat Luncurkan Inisiatif Hybrid Cloud

“Asalkan pembuatannya sesuai standar maka kendaraan listrik aman. Perlu ada sosialisasi-sosialisasi lebih banyak, seperti melintasi banjir, berkendara di tengah hujan dan lainnya. Ini untuk meyakinkan masyarakat dan penggunaan mobil listrik dapat sesuai harapan,” katanya.


Editor : Bsafaat