Ono Surono Beberkan Peran Ahmad Hassan dalam Pemikiran Soekarno

Ketua DPD PDIP Jawa Barat, Ono Surono, mengakui Ahmad Hassan banyak berkontribusi pada pemikiran dan perjuangan Soekarno

Ono Surono Beberkan Peran Ahmad Hassan dalam Pemikiran Soekarno
Ketua DPD PDIP Jawa Barat, Ono Surono, mengakui peran Ahmad Hassan dalam pemikiran Soekarno.

INILAHKORAN, Bandung – Ketua DPD PDIP Jawa Barat, Ono Surono, mengakui Ahmad Hassan banyak berkontribusi pada pemikiran dan perjuangan Soekarno .

Ono Surono menyebutkan dalam mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sang Proklamator Soekarno sadar betul bahwa merealisasikannya tidak bisa dilakukan sendiri. Ahmad Hassan, melalui pemikirannya, termasuk yang berperan.

Apalagi, menurut Ono Surono, Indonesia merupakan negara kepulauan, dengan keberagaman suku, budaya, agama dan ras. Sehingga harus dibangun sinergitas dan kolaborasi dengan banyak unsur, untuk menghasilkan buah pikir terhadap rencana memerdekakan diri dari jajahan bangsa asing. Dalam konteks itulah, Ahmas Hassan memberi kontribusi dalam gagasan Soekarno.

Baca Juga : Ono Surono Harap Golkar dan PKB Bergabung, Dukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024

Ono Surono mengatakan, Ahmad Hassan, tokoh utama dari organisasi Persatuan Islam (Perti) itu, turut menyumbangkan pemikiran terhadap perjuangan Soekarno.

Ketika itu, sambung Ono, kala Bung Karno menjalani pengasingan di Penjara Sukamiskin, Hassan banyak memberikan buah pikir dan wawasan terkait konsep Islam. Sehingga secara tidak langsung memengaruhi gagasan-gagasan Soekarno, dalam perjuangannya memerdekakan Indonesia.

“Terkait kedekatan antara Ahmad Hassan dan Bung Karno, di mana keduanya adalah tokoh besar, mereka sering berdiskusi, berdebat sebagai bahan bagi Bung Karno untuk mempelajari Islam,” kata Ono dalam Dialog Refleksi Romantika Sejarah Kedekatan Ahmad Hassan dan Bung Karno secara virtual, baru-baru ini.

Baca Juga : Ridwan Kamil Bilang Pj Gubernur Tinggal Duduk Manis, Legislator Jabar Ingatkan PR Masih Banyak

Dia melanjutkan, komunikasi antara keduanya terus berlanjut bahkan ketika Bung Karno diasingkan ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Korespondensi surat-menyurat ini pun berujung dengan terbitnya sebuah buku berjudul Di Bawah Bendera Revolusi, jilid pertama.

Halaman :


Editor : Zulfirman