Palestina: Korban Pemboman RS di Gaza Kehilangan Anggota Tubuh Mereka

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf Al-Qudra menyatakan bahwa sebagian besar korban "pembantaian" di Rumah Sakit Al-Ahli Baptist di Gaza adalah anak-anak dan perempuan yang kehilangan anggota tubuh mereka.

Palestina: Korban Pemboman RS di Gaza Kehilangan Anggota Tubuh Mereka
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf Al-Qudra menyatakan bahwa sebagian besar korban "pembantaian" di Rumah Sakit Al-Ahli Baptist di Gaza adalah anak-anak dan perempuan yang kehilangan anggota tubuh mereka./antarafoto

INILAHKORAN, Bandung-Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf Al-Qudra menyatakan bahwa sebagian besar korban "pembantaian" di Rumah Sakit Al-Ahli Baptist di Gaza adalah anak-anak dan perempuan yang kehilangan anggota tubuh mereka.

Al-Qudra menulis pernyataan tersebut melalui akun Facebook, mengomentari pemboman yang menargetkan kompleks rumah sakit, menyebabkan lebih dari 500 warga Palestina tewas.

"Pembantaian RS Baptist belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak dapat digambarkan. Ratusan korban tiba di rumah sakit dan petugas ambulans masih mengumpulkan bagian tubuh korban," tulis Al-Qudra pada Rabu pagi.

Baca Juga : 2.866 Warga Palestina Tewas Akibat Agresi Israel

“Sebagian besar korban pembantaian RS Baptist adalah anak-anak dan perempuan yang anggota tubuhnya hilang. Beberapa korban datang tanpa kepala, dengan bagian tubuh robek dan isi perut keluar," tulisnya kemudian.

“Jumlah dan jenis cedera akibat serangan terhadap rumah sakit berada di luar kemampuan tim medis dan ambulans kami. Dokter melakukan operasi di lapangan dan di koridor rumah sakit. Beberapa operasi bahkan dilakukan tanpa anestesi," kata Al-Qudra.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa sebagian besar korban luka akibat pemboman rumah sakit masih menunggu untuk dioperasi, dan tim medis lainnya berusaha menyelamatkan nyawa warga yang berada dalam perawatan intensif.

Baca Juga : Gaza Terancam Diserang Epidemi Akibat Bombardeman dan Blokade Israel

Al-Qudra pun menyebut bahwa kapasitas perawatan dan pengobatan yang dimiliki RS tersebut hanya dapat bertahan dalam beberapa jam, menunjukkan betapa kewalahannya fasilitas kesehatan itu dalam menghadapi konflik.*** (antara)


Editor : JakaPermana