Pengabdian Guru Bahasa Arab

NAMANYA Asep Muhammad Saepul Islam, atau biasa dikenal dengan Amsi. Dia adalah salah satu guru aktif di Madrasah Alliyah Negeri (MAN) 3, Cianjur.

Pengabdian Guru Bahasa Arab
NAMANYA Asep Muhammad Saepul Islam, atau biasa dikenal dengan Amsi. Dia adalah salah satu guru aktif di Madrasah Alliyah Negeri (MAN) 3, Cianjur.
Amsi mulai tercatat sebagai guru di MAN 3 Cianjur sejak 2005 lalu. Bapak yang sudah dikaruniai empat orang anak ini, kini sebagai guru bahasa Arab.
Sejak kecil, cita-cita Amsi sebetulnya bukan menjadi seorang guru, ia ingin menjadi seorang insinyur. Namun nasib berkata lain, pada akhirnya ia pun ditakdirkan menjadi seorang pendidik. 
Lantas apa yang membuat Amsi pada akhirnya terjun menjadi seorang guru? Ya, dalam hal ini tentu saja ada peran dari kedua orangtua Amsi hingga akhirnya dia menjadi seorang guru. Sang Ibunda dan Ayahnya tercatat sebagai guru SD.
Menjadi seorang guru bahasa Arab, tentu bukanlah hal yang mudah. Kata dia, bahasa Arab adalah kuncinya ilmu agama. Jika seseorang sudah pandai berbahasa Arab, maka ilmu yang lain itu bisa di baca sendiri. 
"Sebenarnya sejak kecil saya tidak pernah berpikir untuk menjadi guru, karena saya sudah melihat profesi guru dari kedua orangtua saya, dan kondisi guru tahun 1990-an seperti apa, secara ekonomi, dan lainnya," kata Amsi kepada INILAHKORAN.
Bagi Amsi, guru adalah sebuah profesi yang "serakah" dengan pahala. Seperti diketahui, ada tiga hal amal yang tidak akan terputus, sodaqoh, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak shaleh. Kata dia, ketiga hal itu hanya bisa dilakukan oleh seorang guru.
Kendati kini Amsi tercatat sebagai seorang guru bahasa Arab di MAN 3 Cianjur, namun dirinya ingin memposisikan atau disebut sebagai seorang pendidik ketimbang disebut seorang pengajar. 
Menurut dia, transformasi nilai itu lebih penting ketimbang transformasi pengetahuan, karena itu guru bukan hanya sekadar mengajar, akan tetapi juga memberikan nilai-nilai kehidupan, motivasi dan inspirasi buat peserta didik, sehingga mereka bisa mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Selama kiprahnya menjadi seorang guru bahasa Arab di MAN 3 Cianjur, Amsi pernah membuat muatan lokal untuk tahfizh quran pada 2008 lalu. Dari situlah ia mulai mengembangkan dan membuat unit pengembangan tahfizh quran (UPTQ).
"Karena memang dulu saya aktif di UPTQ, jadi saya ingin berbagi pengalaman tentang apa sih tahfiz quran dan lainnya. Dulu di sini belum ada, bahkan di Cianjur sekalipun. Alhamdulillah salah satu binaan kita juara nasional 2013 di Batam, dan sampai sekarang masih dikembangkan," paparnya.
Selain mengajar di MAN 3 Cianjur, ia pun kerap menjadi pemateri terkait ekonomi syariah. Baik di kampus-kampus, seperti di Institut Teknologi Bandung (ITB), dan lainnya.
"Sejak 2015 saya juga menginisiasi saham syariah, bentuknya seminar, talkshow tentang ekonomi syariah, jadi satu hal yang sangat berbeda dengan apa yang saya ajarkan di sini MAN 3 Cianjur," kata Amsi.
Hampir 14 tahun menjadi seorang guru, mahasiswa alumni IKIP (sekarang UPI) Bandung ini, ingin ilmu yang diberikan kepada peserta didiknya bisa bermanfaat, apapun itu bentuknya. Baik dalam hal bahasa Arabnya, motivasi yang diberikannya, semua bisa dilakukan dengan baik oleh siswa-siswinya dan mengubah hidup mereka jauh lebih baik.
"Itu menurut saya tujuan pendidikan yang sebenarnya. Tujuan pendidikan itu ketika seseorang bisa mengubah hidupnya jauh lebih baik," imbuhnya.
Kehidupan yang sederhana dan setiap pekerjaan dilakukan penuh dengan keikhlasan, membuat hidup yang kini ia jalani mengalir bak seperti air. 
"Ketika kita lahir tugas kita itu bermakna, bermakna itu bermanfaat bagi orang, apapun profesi kita, tujuannya untuk kebermanfaatan banyak orang," pungkasnya. (okky adiana/bsf).


Editor : inilahkoran