Pro-Kontra Risiko AstraZeneca, Sejauh Mana Bahayanya?

Senin (24/5), Ahli Virologi dan Molekuler Biologi Universitas Udayana Profesor I Gusti Ngurah Mahardika memposting pernyataan agar distribusi dan penggunaan vaksin AstraZeneca di Indonesia seluruhnya dihentikan sementara, dengan pertimbangan risiko pembekuan darah.

Pro-Kontra Risiko AstraZeneca, Sejauh Mana Bahayanya?
Ilustrasi/Antara Foto

"Kalau seandainya kejadian ini terjadi pada banyak jenis vaksin, maka saya akan mengatakan pembekuan darah pada vaksin AstraZeneca karena faktor kebetulan. Tapi karena ini kejadiannya hanya pada satu jenis vaksin, maka pilihannya kita harus 'memelototi' vaksin ini," katanya.

Prinsip umum ilmu pengetahuan dan agama, kata Mahardika, menyebutkan bahwa kemampuan pengetahuan manusia jauh lebih sedikit dari ilmu pengetahuan yang sebenarnya, termasuk risiko adenovirus.

"Meskipun proporsinya 7,9 per 1 juta orang secara statistik, tapi kita bicara nyawa manusia. Jangankan tujuh, satu pun bagi saya harus dievaluasi. Kalau terkait komponen vaksinnya, tidak ada pilihan lain agar dihentikan," katanya.

Mahardika mengingatkan pihak terkait di Indonesia jangan bermain-main dengan kematian dalam program vaksinasi COVID-19, sebab hidup dan mati manusia itu tidak bisa dikaitkan dengan angka statistik.

Masih ada waktu bagi Indonesia beralih sementara pada pilihan jenis vaksin lain yang dinilai Mahardika memiliki risiko yang relatif lebih rendah bagi penerima manfaat.

Sebab pemanfaatan AstraZeneca di Indonesia masih relatif sedikit dosisnya. Hingga saat ini Indonesia telah menerima vaksin Sinovac total 68.500.000 dosis, AstraZeneca dari COVAX Facility 6.410.500 dosis, dan vaksin Sinopharm 1 juta dosis.

"Kita sebenarnya ada pilihan lain seperti Sinovac, Moderna, Pfizer, Jhonson and Jhonson, dan lainnya. Itu kan belum ada laporan seperti AstraZeneca. Artinya, reaksinya jauh lebih ringan dibandingkan AstraZeneca.


Editor : Bsafaat