Pro-Kontra Risiko AstraZeneca, Sejauh Mana Bahayanya?

Senin (24/5), Ahli Virologi dan Molekuler Biologi Universitas Udayana Profesor I Gusti Ngurah Mahardika memposting pernyataan agar distribusi dan penggunaan vaksin AstraZeneca di Indonesia seluruhnya dihentikan sementara, dengan pertimbangan risiko pembekuan darah.

Pro-Kontra Risiko AstraZeneca, Sejauh Mana Bahayanya?
Ilustrasi/Antara Foto

INILAH, Jakarta- Senin (24/5), Ahli Virologi dan Molekuler Biologi Universitas Udayana Profesor I Gusti Ngurah Mahardika memposting pernyataan agar distribusi dan penggunaan vaksin AstraZeneca di Indonesia seluruhnya dihentikan sementara, dengan pertimbangan risiko pembekuan darah.

Alasannya, sifat virus adenovirus simpanse yang digunakan produsen sebagai vektor dalam kandungan AstraZeneca belum banyak diungkap peneliti di dunia.

Profesor yang telah merampungkan 11 penelitian ilmu biologi yang dipublikasi pada jurnal nasional dan internasional itu mencurigai daya biologis adenovirus simpanse pada vaksin AstraZeneca berkaitan dengan reaksi abnormal seperti pembekuan darah pada manusia.

Baca Juga : Waspada! Ransomware 2.0 Lebih Ganas

"Jadi secara virologi, saya curiga dari komponen virusnya yang memicu reaksi gangguan pembekuan darah," katanya.

Adenovirus pada simpanse, kata Mahardika, tergolong metode baru dalam pembuatan vaksin yang mulai dipakai pada kurun 2005/2006, sehingga wajar bila sifatnya belum banyak diungkap secara menyeluruh kepada publik. Sementara metode produksi vaksin jenis lain seperti penggunaan adenovirus manusia, sudah lama dipelajari peneliti dan sudah lebih dikenal publik.

Vaksin COVID-19 AstraZeneca, atau yang dikenal sebelumnya AZD1222, ditemukan oleh Universitas Oxford dan perusahaan Vaccitech.

Baca Juga : vivo Juga Luncurkan Wireless Sport Lite Earphone

Berdasarkan keterangan resmi perusahaan, AstraZeneca diakui menggunakan vector virus simpanse yang diklaim tidak bereplikasi berdasarkan versi yang dilemahkan dari virus flu biasa yang menyebabkan infeksi pada simpanse dan mengandung materi genetik dari protein spike virus SARS-CoV-2.

Halaman :


Editor : Bsafaat