Sikap Kami: Maneh

BARU kemarin, melalui kolom ini, kami berharap atas pentingnya pendidikan karakter, budi pekerti, dan moral, untuk para pelajar. Tapi, harapan itu kini kembali memudar hanya gara-gara satu kata: maneh!

Sikap Kami: Maneh

BARU kemarin, melalui kolom ini, kami berharap atas pentingnya pendidikan karakter, budi pekerti, dan moral, untuk para pelajar. Tapi, harapan itu kini kembali memudar hanya gara-gara satu kata: maneh!

Itulah kata yang sepanjang hari kemarin menjadi viral, setidaknya di Jawa Barat. Seorang guru di Kota Cirebon mengomentari postingan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dengan kata itu. Isinya kira-kira: maneh teh sebagai Gubernur Jabar, kader partai, atau pribadi?

Kami, tidak dalam posisi menghakimi, apakah karena itu sang guru, Sabil Fadhilah, layak diberhentikan oleh sekolahnya atau tidak. Yang jelas, SMK Telkom Sekar Kemuning menghentikan kesepakatan kerja dengan guru tersebut, meski Ridwan Kamil meminta Sabil tak diberhentikan.

Bagi kami, ada sikap yang tak patut dilakukan sang guru. Berkata-kata cenderung kasar, meskipun hanya di media sosial yang pilihan kalimat penggunanya sering vulgar, adalah tidak pantas dilakukan seorang pengajar. Itu karena kami kukuh pada pandangan, bahwa pendidikan moral dan budi pekerti, adalah bagian yang sangat penting dalam dunia pendidikan.

Tanpa guru-guru yang di luar alam sadarnya mengajarkan tentang kekasaran budi dan pekerti itu, kehidupan rohani pelajar saat ini demikian gersangnya. Tersulut sedikit saja, cakak banyak yang terjadi. Lebih mengerikan karena kadang tas mereka tak hanya diisi buku pelajaran, tapi juga sangkur dan celurit.

Hemat kami, kualitas pendidikan materi akademik di ruang kelas saat ini, sudah jauh lebih baik dibanding masa-masa sebelumnya. Hanya saja, kami juga punya pandangan, akhlak, budi pekerti, moralitas pelajar, banyak yang gersang. Itu terbukti dari peristiwa-peristiwa keributan, perkelahian massal, bahkan hingga menghilangkan nyawa orang lain, yang kini kerap terjadi.

Kami menyesalkan apa yang dilakukan Sabil. Betul, dia lakukan tidak di ruang kelas. Sedang tidak berseragam guru. Tapi, dia mestinya paham bahwa profesi guru itu melekat di tubuhnya 24 jam sehari, 7 hari seminggu, selama dia menjadi guru. Itu sebab, dia harus menjaga sikap. Agar menjadi teladan. Agar muridnya tidak kencing berlari, karena dia kencing berdiri.

Halaman :


Editor : Zulfirman