Tren Sepeda Bisakah Bertahan di 2021?

COVID-19 memicu pelonjakan drastis penjualan sepeda sebagai tanggapan terhadap pandemi.

Tren Sepeda Bisakah Bertahan di 2021?
istimewa

Italia, misalnya, mengalokasikan 210 juta euro, atau setara Rp3,6 triliun, untuk program cash-back di mana penduduk Italia yang membeli kendaraan tanpa mesin memenuhi syarat untuk mendapatkan insentif 500 euro, atau sekitar Rp8,6 juta, sementara Prancis juga telah menetapkan program serupa.

Dengan karantina wilayah dan jarak sosial yang kokoh, pengecer sepeda tiba-tiba menjadi 'layanan penting' dan diberi pengecualian oleh pemerintah, menempatkan mereka setara dengan toko grosir.

Tetapi pabrikan sepeda bergantung pada rantai produksi yang dinamis dan beragam secara geografis, dengan suku cadang yang datang dari seluruh dunia --rantai yang menjadi jungkir balik akibat pandemi.

Baca Juga : Kejutan Awal Tahun Tesla, Model Baru Dihargbai Rp700 Jutaan

Will Butler-Adams, direktur pelaksana Brompton Bikes yang berbasis di Inggris, mengatakan bahwa pemasok logam mentah perusahaan ditutup, sementara kontainer pengiriman yang membawa barang-barang mereka terjebak di Rotterdam selama seminggu, yang menyebabkan pengurangan jumlah produksi dan ketidakseimbangan peralatan.

"Kami melihat lockdown terjadi beberapa bulan sebelum [itu] terjadi, karena banyak pemasok kami berada di Asia. Apa yang tidak kami persiapkan adalah kecepatan pukulannya," ujar dia.

Baca Juga : Partai Berkarya Dukung Sikap Pemerintah Terkait Front Pembela Islam

 


Editor : JakaPermana