Yuk Memaafkan Tanpa Dendam seperti Nabi Yusuf

BISAKAH Anda bayangkan bila satu ketika Anda disakiti oleh seseorang atau bahkan oleh saudara sendiri dengan perilaku yang begitu menyakitkan dan bahkan hampir menghilangkan nyawa Anda, mampukah Anda memaafkan kesalahannya? Atas kezaliman yang sedemikian rupa dapatkah Anda memaafkan kesalahannya tanpa menyisakan rasa dendam sedikitpun dalam hati Anda, dan bahkan setelah itu Anda tetap bersahabat dan bersaudara secara baik dengannya?

Yuk Memaafkan Tanpa Dendam seperti Nabi Yusuf

Perjalanan kehidupan berikutnya dilalui oleh Yusuf dengan berbagai cobaan yang tak ringan. Ia sempat menjadi budak yang diperjualbelikan di pasar budak hingga dipenjara atas sebuah tuduhan satu tindakan tak bermoral yang tak pernah ia lakukan.

Pada gilirannya Nabi Yusuf menjadi seorang pejabat penting di Mesir. Ia memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar di negeri itu. Ia menentukan banyak kebijakan publik bagi bangsa Mesir. Dan pada saat posisinya yang begitu kuat ini Allah menunjukkan kemuliaan dan kebesaran hati Nabi Yusuf.

Saudara-saudara Nabi Yusuf yang dulu telah membuangnya beberapa kali datang ke Mesir untuk satu keperluan kebutuhan hidup. Mereka diterima langsung oleh Nabi Yusuf namun tak mengenalinya. Pada akhirnya mereka mengenali bahwa pejabat negara yang selama ini mereka datangi dan membantu memenuhi kebutuhan hidup mereka adalah orang yang dahulu pernah mereka singkirkan secara aniaya. Kini mereka telah mengetahui dan mengakui bahwa Allah lebih memberikan kemuliaan kepada Yusuf daripada kepada mereka. Yusuf telah menjadi orang penting, terpandang dan mulia. Dan kini di hadapan Nabi Yusuf mereka mengakui kesalahan dan dosa-dosanya.

Baca Juga : Dosa Besar Penyimpangan Lelaki Menyerupai Wanita

Sebagai seorang pejabat yang memiliki kekuasaan dan sangat berpengaruh pada saat itu semestinya Nabi Yusuf memiliki kesempatan dan kemampuan untuk membalas dan memberikan hukuman yang berat bagi saudara-saudaranya. Saat itu bisa saja Nabi Yusuf membalas dendam atas apa yang dilakukan oleh mereka kepadanya. Namun itu semuanya tak dilakukan olehnya. Pada saat seperti itu kemuliaan akhlaknya justru menuntunnya untuk berbesar dan berlapang hati mengucapkan satu kalimat:

Artinya: "Tak ada celaan bagi kalian di hari ini, semoga Allah mengampuni kalian." (QS. Yusuf: 92)

Ada dua hal yang disampaikan Nabi Yusuf dengan kalimat tersebut. Pertama, dengan kalimat "tak ada celaan bagi kalian di hari ini" Nabi Yusuf ingin menegaskan bahwa ia memberikan maaf kepada saudara-saudaranya tanpa ada rasa dendam di dalam hatinya. Ia benar-benar telah memaafkan mereka dengan menghapus semua kesalahan dari ingatan dan hatinya. Ia tak ingin mencela, mencemooh dan bahkan mengecam orang-orang yang telah menyengsarakannya, bahkan hampir saja menghilangkan nyawanya.

Imam al-Husain bin Masud al-Baghawi dalam tafsirnya Malimut Tanzl (2016:500) menuliskan penafsiran kalimat itu dengan "tak ada kecaman bagi kalian pada hari ini dan aku tidak akan menyebut-nyebut dosa kalian setelah hari ini." Sementara Az-Zujaj sebagaimana dikutip Al-Qurtubi dalam Al-Jmi li Ahkmil Qurn (2010, V:232) menafsirkan "tak ada perusakan terhadap kehormatan dan persaudaraan di antara aku dan kalian".


Editor : Bsafaat