Apindo Jabar Nilai Tingginya Investasi di Jabar Berbanding Terbalik dengan Daya Serap Tenaga Kerja

Ketua Apindo Jabar Ning Wahyu Astutik mengacungi jempol realisasi investasi di Jabar yang menempati peringkat tertinggi dibandingkan provinsi lain. Namun, dari sisi daya serap tenaga kerja dari investasi itu justru rendah.

Apindo Jabar Nilai Tingginya Investasi di Jabar Berbanding Terbalik dengan Daya Serap Tenaga Kerja
"Justru, saat ini terjadi penurunan daya serap tenaga kerja untuk per Rp1 triliun investasi dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Kita (Apindo Jabar) menilai hal itu diakibatkan investor yang masuk lebih banyak padat modal dengan teknologi digital dan otomatisasi," kata Ning, Minggu 10 Desember 2023. (istimewa)

Dia merinci, beberapa perusahaan yang tutup atau relokasi pada 2023 antara lain PT Dean Shoes yang bergerak di sektor alas kaki di Karawang dengan sekitar 3.500 pekerja, PT Besco Indonesia (alas kaki di Karawang) dengan sekitar 4.000 pekerja, PT Manito World (garmen di Kabupaten Sukabumi) dengan sekitar 1.800 pekerja, PT Eins Trend (garmen di Purwakarta) dengan sekitar 4.000 pekerja, dan PT Simone Accessary Collection (garmen di Bogor) dengan sekitar 1.000 pekerja.

"Dengan banyaknya perusahaan yang tutup atau relokasi itu, kami berharap para kepala daerah di Jabar bisa memahami betul situasi ini sehingga bisa kolaborasi dengan para stakeholders untuk bisa meyakinkan pengusaha tidak relokasi. Kalau ini yang terjadi, pemerintah dirugikan, pekerja dirugikan juga pengusaha menanggung banyak kesulitan. Saya lebih menekankan diciptakannya kondusivitas dunia usaha, termasuk di dalamnya kepastian dan ketaatan hukum terkait pengupahan, misalnya," tutur Ning.

Untuk itu, dia merasa prihatin dengan banyaknya perusahaan yang bertumbangan di Jabar. Meski demikian, Ning masih memiliki asa tinggi terkait perkembangan dunia usaha di Jabar.

Baca Juga : Pos Indonesia Tandatangani MoU dengan TikTok dan Kadin untuk Kembangkan UMKM Indonesia

Sebab, Jabar diakuinya memiliki potensi yang luar biasa. Hal tersebut diakuinya membutuhkan pengelolaan bersama dalam kerangka multihelix dan profesional agar potensi yang dimiliki itu bisa direalisasikan dan bisa dipertahankan secara berkelanjutan.

Kesedihan Ning semakin terasa lantaran belakangan banyak sekali video viral yang sangat kontradiktif. Dalam tayangan itu menggambarkan video kesedihan ribuan karyawan perusahaan yang telah bekerja bertahun-tahun dan terkena lay off karena perusahaan tutup. 

"Sedih melihat itu semua. Sedihnya lagi, perusahaan-perusahaan itu adalah perusahaan padat karya yang tentu saja berjumlah ribuan karyawan per perusahaan, bukan lagi ratusan. Di sisi lain, adanya demo pekerja yang menuntut upah naik di atas PP Nomor 51/2023. Kedua video tersebut berseliweran silih berganti," tutur Ning.***

Baca Juga : Manfaatkan Produksi Hidrogen, PLN Gandeng HDF Energy Prancis Kembangkan Pembangkit Fuel Cell Hybrid

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani