Butuh Kebijakan Stimulus Fiskal Bagi Industri Perfilman

Pemerintah memiliki kepentingan besar guna menjamin perkembangan sektor industri nasional. Salah satu sektor industri yang memperihatkan kemajuan yang pesat di bidang ekonomi kreatif yaitu sub sektor

 Butuh Kebijakan Stimulus Fiskal Bagi Industri Perfilman
INILAH, Jakarta - Pemerintah memiliki kepentingan besar guna menjamin perkembangan sektor industri nasional. Salah satu sektor industri yang memperihatkan kemajuan yang pesat di bidang ekonomi kreatif yaitu sub sektor film, animasi dan video.
 
Pertumbuhan sub sektor film, animasi, dan video akan semakin berarti jika sebesar-besarnya memberikan manfaat bagi nilai tambah ekonomi nasional, jika proses pengerjaannya menggunakan sumber daya dalam negeri. Insentif fiskal (baik pajak dan non-pajak) dipercaya dapat menjadi stimulus bagi pertumbuhan industri film guna menciptakan nilai tambah yang lebih besar.
 
Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Ricky Joseph Pesik mengatakan, dunia kreativitas perfilman kini sedang menghadapi tantangan baru. Karena itu lembaga terkait perlu melihat dan melakukan penelitian yang mendalam tentang bagaimana kondisi bidang perfilman.
 
Menurutnya, insentif fiskal bagi industri perfilman akan mampu memberikan dampak ekonomi yang baik, yang menyebar tidak hanya pada satu sektor perfilman saja tetapi juga menyasar bidang lain serta bersifat jangka panjang.
 
"Industri film menghadapi persaingan tanpa batas, maka kita perlu melihat dengan kacamata bahwa ini bukan bidang yang full regulasi," kata Ricky kepada wartawan di Jakarta, Ahad (09/12).
 
Selain memberikan insentif kepada industri perfilman, lanjut Ricky, tantangan selanjutnya adalah menghadirkan pelayanan yang optimal. Menurutnya pemberian insentif akan percuma jika pemerintah masih menghambat para pelaku industri perfilman dengan birokrasi yang panjang.
 
"Tidak akan sepadan, karena akan habis untuk biaya jasa pengurusan birokrasi. Maka bagaimana caranya mengadakan layanan satu pintu. Ini tantangan terbesar kita kalau mau mengangkat daya saing perfilman Indonesia," kata Ricky.
 
Sementara Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko mengatakan pihaknya sedang merumuskan instrumen dan membuatkan skema terbaik terkait insentif bagi dunia perfilman agar terwujud lingkungan yang lebih baik.
 
Di samping itu LIPI juga akan terus berupaya untuk mendukung industri film tanah air dari sisi teknologinya. Salah satu fasilitas teknologi yang dimiliki LIPI yakni rendering farm untuk mendukung pembuatan animasi yang biasanya digunakan para siswa SMK.
 
"Selain itu kita juga siapkan skema dana abadi perfilman, ini seperti beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), tapi di bidang film. Sumbernya kita pungut dari tiket film, besarannya antara Rp 500 - Rp 1.000 untuk mendukung industri film dan melahirkan sineas baru. Sumbernya bukan dari APBN," kata Tri.


Editor : inilahkoran