Istri Galau, Suami Lebih Senang Tidur Sendirian, Solusinya?

ADA seorang istri bertanya kepada Ustaz Ammi nur Baits di situs konsultasisyariah.com seputar problematikan rumah tangga. Si istri mengaku mulai resah lantaran suaminya lebih senang tidur sendirian.

Istri Galau, Suami Lebih Senang Tidur Sendirian, Solusinya?

ADA seorang istri bertanya kepada Ustaz Ammi nur Baits di situs konsultasisyariah.com seputar problematikan rumah tangga. Si istri mengaku mulai resah lantaran suaminya lebih senang tidur sendirian.

Suaminya itu, beralasan memilih tidur terpisah dengan sang istri karena ingin menemani anak-anak yang memang sudah dididik untuk tidur sendiri. Dan memang, sang anak pun sudah terbiasa tidur tanpa ditemani ayah dan ibunya. Apa solusi dari permasalahan ini?

Ustaz Ammi nur Baits dalam artikelnya, menjelaskan empat hal yang bisa dijadikan renungan untuk kasus di atas. Berikut pemaparannya:

Baca Juga : Hukum Menurunkan Libido yang Terlalu Menggebu-gebu

Pertama: Bahwa lelaki, siapa pun dia, adalah manusia. Sebagaimana yang juga kita pahami bersama, setiap manusia memiliki selera dan kepuasan yang berbeda. Demikian pula, setiap manusia memiliki tingkat kejenuhan pada setiap kebiasaannya. Karena itu, satu hal yang sepatutnya Ibu pahami adalah bahwa suami Ibu juga bisa mengalami hal yang sama, sebagaimana manusia pada umumnya.

Kedua: Sesungguhnya, kebosanan seorang suami kepada istri, yang dilatarbelakangi oleh sebab tertentu, tidak hanya terjadi pada manusia biasa. Bahkan, hal semacam ini pernah terjadi pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana cerita antara beliau dengan istri tertua beliau, Saudah binti Zam’ah. Akhirnya, Saudah pun menyerahkan giliran malamnya kepada Aisyah. Jika seorang nabi yang akhlaknya sempurna saja bisa merasa bosan dengan istrinya, apalagi manusia yang sifatnya sangat jauh lebih rendah dibanding beliau yang mulia.

Ketiga: Allah menjelaskan sikap yang tepat ketika suami tidak lagi mendekati istrinya. Allah berfirman, yang artinya, “Apabila seorang wanita khawatir suaminya akan melakukan ‘nusyuz’ (Tafsir Jalalain: tidak mau berhubungan badan, mengurangi nafkah, atau tertarik dengan wanita lain yang lebih cantik, pen.) atau suami berpaling darinya maka tidak ada salahnya jika keduanya melakukan kesepakatan damai. Dan kesepakatan damai itu merupakan jalan terbaik (daripada bercerai) ….” (QS. An-Nisa’:128)

Baca Juga : Karena Rezeki Tak Hanya Sebatas Harta

Sebagian ahli tafsir mangatakan, “Seorang wanita boleh mengizinkan suaminya untuk tidak menunaikan sebagian kewajibannya kepada istrinya, dengan syarat, dia bisa tetap menjadi istrinya (tidak diceraikan). Bentuknya, bisa dengan cara si istri rela dengan nafkah yang sedikit, memberikan giliran malamnya untuk madunya, atau (suami) mengurangi intensitas hubungan dengan dirinya.” (Tafsir As-Sa’di)

Halaman :


Editor : Bsafaat