Jujurlah dalam Menjemput Rezeki, Pelajaran Nyata dari Kisah Mulia Ali bin Abi Thalib

Ketika misalnya kita berdagang, transaksi jual-beli yang dilakukan bisa tetap berlangsung. Pedagang mendapat uang, pembeli juga mendapatkan barang yang diinginkan. Tapi, keberkahannya tidak ada bila tidak jujur. Kalau berkahnya tidak ada, maka pasti masalah yang datang.

Jujurlah dalam Menjemput Rezeki, Pelajaran Nyata dari Kisah Mulia Ali bin Abi Thalib
KH Abdullah Gymnastiar

Ketika misalnya kita berdagang, transaksi jual-beli yang dilakukan bisa tetap berlangsung. Pedagang mendapat uang, pembeli juga mendapatkan barang yang diinginkan. Tapi, keberkahannya tidak ada bila tidak jujur. Kalau berkahnya tidak ada, maka pasti masalah yang datang.

Saudaraku. Saya pernah mendengar kisah tentang Ali bin Abi Thalib. Suatu waktu beliau menitipkan kuda, lalu pergi ke rumah mengambil uang tiga dirham sebagai imbalan kepada pemuda yang dititipkan kuda. Ketika beliau kembali, yang ada hanya kudanya. Sedangkan si pemuda sudah pergi dan membawa (mencuri) tali kuda.

Kemudian Sayyidina Ali pergi ke tempat orang berjualan tali untuk membeli tali pengganti. Ternyata di situ ditemukan tali kudanya. Orang yang berjualan berkata, “Saya tidak tahu, baru saja ada yang menjualnya.” Beliau bertanya, “Berapa dia menjualnya?” “Tiga dirham,” jawab si pedagang. Maka beliau berkata, “Hampir saja dia mendapat tiga dirham dalam keadaan halal, tapi dia tidak sabar sehingga dia mendapat tiga dirham dalam keadaan haram.”

Baca Juga : Mukmin itu Berbeda dari Munafik

Nah, saudaraku. Jangan main-main soal uang atau rezeki. Apa pun bentuknya, rezeki kita sudah ada dan lengkap. Kalau tidak jujur dan sabar, status rezeki kita bisa berubah menjadi haram. Apa yang untuk kita pasti akan bertemu, dan tidak akan meleset. Karena kita tidak disuruh mencari, tapi disuruh menjemput rezeki. Kalau mencari itu antara ada dan tiada, sedangkan menjemput sudah pasti ada.

Jadi, kalau saudara belum bertemu rezeki, bukan berarti ia tidak ada. Tapi, boleh jadi kurang benar ketika menjemputnya. Kita disuruh menjemput rezeki. Sedangkan yang harus kita cari, dalam ikhtiar menjemput itu adalah keberkahannya.

Ketika misalnya kita berdagang, transaksi jual-beli yang dilakukan bisa tetap berlangsung. Pedagang mendapat uang, pembeli juga mendapatkan barang yang diinginkan. Tapi, keberkahannya tidak ada bila tidak jujur. Kalau berkahnya tidak ada, maka pasti masalah yang datang. Bisa galau, tidak tenang, tidak bahagia, diberi untuk makan keluarga bermasalah. Pokoknya repot kalau tidak berkah.

Baca Juga : Siti Fatimah Belajar Pada Lalat, Ikan dan Siput

Dari Abu Khalid bin Hakim bin Hijam, beliau berkata, Rasulullah saw bersabda, “Penjual dan pembeli dalam keleluasaan memilih selama keduanya belum berpisah. Apabila keduanya bersikap jujur, diberkahilah jual-beli keduanya. Jikalau keduanya menyembunyikan cacat barang dan sama-sama berdusta, dihapuslah keberkahan jual-beli mereka.” (HR. Bukhari Muslim)

Halaman :


Editor : Bsafaat