Pandemi Covid-19, Momentum Setop Kekerasan pada Perempuan dan Anak

Dari berbagai dampak terjadi akibat pandemi Covid-19, kaum perempuan relatif paling terdampak dibandingkan laki-laki. Padahal, perempuan memiliki posisi penting dalam menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19 tersebut. 

Pandemi Covid-19, Momentum Setop Kekerasan pada Perempuan dan Anak
Foto: Zainulmukhtar

INILAH, Garut - Dari berbagai dampak terjadi akibat pandemi Covid-19, kaum perempuan relatif paling terdampak dibandingkan laki-laki. Padahal, perempuan memiliki posisi penting dalam menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19 tersebut. 

Akibat covid-19, pemutusan hubungan kerja (PHK) terdahap karyawan terjadi di mana-mana. Kemiskinan meningkat. Semua anggota keluarga mesti tinggal di rumah, atau lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Para ibu mendadak mesti menjadi guru mengajari anak belajar di rumah karena anak tak bisa belajar dengan tatap muka di sekolah. Risiko kekerasan dalam rumah tangga pun meningkat. Perempuan mengalami stress luar biasa. Terlebih, perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga. Baik yang masih tetap bekerja maupun yang terkena PHK.

Padahal, dalam kondisi normal sebelum pandemi Covid-19 pun, perempuan selalu berhadapan dengan kemungkinan pelecehan dan kekerasan. 

Baca Juga : 253 Lansia di Garut Terpapar Covid-19, 31 Meninggal

Dengan kondisi seperti itu, seyogyanya kaum perempuan mendapatkan perhatian lebih agar bisa bertahan menghadapi berbagai dampak perubahan akibat pandemi Covid-19 yang entah kapan akan berakhir. Saatnya bagi kaum pria/suami berbagi fungsi dan peran domestiknya dalam keluarga, khususnya berkaitan pengasuhan anak. Jangan biarkan semua beban domestik ditanggungkan kepada perempuan. Suami, isteri, ayah, dan ibu, semuanya memunyai peran setara dalam mengasuh anak.

Hal itu mengemuka pada webinar Pandemi Covid-19 dan Perlindungan terhadap Perempuan digelar BBC Media Action kerja sama Dewan Pers pada 27 Novemer 2020.

Menurut Peneliti dari Universitas Padjajaran (Unpad) Binahayati Rusyidi, persoalan dihadapi perempuan bertambah dengan kebijakan program pemerintah lebih terfokus pada bagaimana mengatasi daerah yang langsung terdampak Covid-19. Hal itu membuat isu kekerasan terhadap perempuan kurang mendapatkan perhatian karena berkompetisi dengan isu lebih besar, semisal isu pemotongan alokasi dana pembangunan. 

Baca Juga : Angka Covid-19 di Garut Tembus 3.095 Kasus, 78 Meninggal

"Covid-19 bagi saya merupakan titik poin untuk memperhatikan (isu) kekerasan pada perempuan. Dampak Covid-19 semakin memarjinalkan perempuan dalam masyarakat," ujar pengajar pada Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad itu.

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani