Ridwan Kamil: Kalau Pak Gubernur Naik ke Nasional Doakeun Ku Masyarakat

Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil siap naik kelas ke tingkat nasional, bila takdir mengizinkannya ikut dalam kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres) 2024.

Ridwan Kamil: Kalau Pak Gubernur Naik ke Nasional Doakeun Ku Masyarakat
Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil siap naik kelas ke tingkat nasional, bila takdir mengizinkannya ikut dalam kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres) 2024./Yuliantono

“Belajar dari seorang Ridwan Kamil dulu siapa? Paling susah berjodoh, bukan kampanye. Belum jelas siapa dengan siapa, karena perjodohan saat imsak, detik terakhir tidak bisa diprediksi dari jauh hari. Saya tidak percaya. 2024 rieut, tidak bisa terpetakan. Selalu di detik akhir karena politik bukan matematika,” ucapnya.

“Apakah Pak Ma’ruf Amin pakai baliho? Survey? Kan tidak, tahu-tahunya dalam hitungan jam ditakdirkan berjodoh dan jadi. Maka pengantin demokrasi ada dampaknya. Saya tidak bisa memilih pasangan, dulu dengan Mang Oded dijodohkan. Dengan Pak Uu apalagi. Pak Jusuf Kalla juga bersaksi kepada saya, prosesnya sama. Hese perjodohan mah,” imbuhnya.

Selain itu, hubungan antar pasangan patut dijaga supaya dapat memberikan perubahan positif bagi masyarakat yang telah memilih.

Baca Juga : Ramai Deklarasi Capres-Cawapres, Uu Minta Jangan Tergesa-gesa Bersikap

Dia meyoroti banyaknya kepala daerah yang tidak akur dengan wakilnya di Jawa Barat, sehingga dampaknya pembangunan berjalan ditempat dan sangat disayangkan karena masyarakat menjadi korban.

“Yang harus dicermati di Jawa Barat, pasangan nomor satu dan dua loba parasea. Pas menang rukun, setelahnya bertengkar. Saya empat tahun ini menjadi wasit, ada yang belum dilantik sudah pasea. Gimana mau bangun daerah? Fokusnya hanya menang Pemilu, tapi hasilnya bukan sesuatu yang dibanggakan. Belum lagi banyak kepala daerah berhenti di tengah jalan karena perkara,” lanjutnya.

“Hasilnya bukan menggembirakan. Contoh Cimahi, hatrik (kasus korupsi). Ini harus jadi renungan. Kabupaten Bekasi bikin rekor MURI. Kepala daerah terbanyak dalam lima tahun. Ada lima kepala daerah dalam lima tahun, hanya di Kabupaten Bekasi. Jadi itu satu fenomena, demokrasi yang kita pilih begitu rupa dinamikanya,” tambah Emil.

Baca Juga : Duh..Gelombang PHK Besar-besaran Hantui Jabar

Sehingga kata Emil diperlukan edukasi bagi pemilih, agar memilih calon bukan atas dasar politik identitas. Pemahaman akan track record calon pemimpin sejatinya perlu dicermati, sebelum bersikap dalam kontestasi Pemilu 2024. Perspektif akan figur pemimpin, harus dikaji lebih dalam agar memberikan dampak positif dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.


Editor : JakaPermana