Sikap Kami: Ini Bukan Prank Kan?

SEPERTI prank rasanya ketika bola pengembalian pasangan China, keluar bidang lapangan. Siapa yang menyangka pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu bisa meraih medali emas Olimpiade Tokyo?

Sikap Kami: Ini Bukan Prank Kan?

SEPERTI prank rasanya ketika bola pengembalian pasangan China, keluar bidang lapangan. Siapa yang menyangka pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu bisa meraih medali emas Olimpiade Tokyo?

Hari-hari kita kemarin diwarnai sejumlah “prank”. Greysia/Apri jelas bukan prank. Hanya seolah-olah prank. “Prank” lainnya muncul di Palembang, Sumatera Selatan. Ini kemungkinan ada benarnya. Soal keluarga mendiang Akidi Tio yang menyumbang duit tiada tara, Rp2 triliun untuk penanganan Covid-19 itu. Sampai dua perwira menengah kepolisian menyampaikan informasi yang berbeda.

Kita lupakanlah Akidi Tio itu. Syukur-syukur itu bukan prank. Kita nikmati saja betapa indahnya hari-hari ketika Greysia/Apriyani merebut medali emas Olimpiade. Emas yang datang memasuki “injury time” buat kontingen Indonesia.

Baca Juga : Sikap Kami: Menanti Srikandi Baru

Sejak bulu tangkis dipertandingkan resmi di Olimpiade, 29 tahun lalu, dia selalu jadi cabang penyumbang medali emas. Kegagalan bulu tangkis adalah kegagalan Indonesia membawa pulang emas. Itu yang terjadi pada Olimpiade 2012 di London.

Peristiwa di London itu nyaris terulang di Tokyo. Satu-persatu pemain Indonesia berguguran. Dari tunggal putra hingga ganda putra. Padahal, di ganda putra, dua posisi unggulan teratas ditempati anak-anak Pelatnas Cipayung.

Untung ada Greysia/Apriyani. Jika mau jujur, duet ini tak diperhitungkan sama sekali. Kalau pengurus PBSI mau buka-bukaan, rasanya tak mungkin mereka berharap emas dari ganda putri. Sejarah tak ada. Kekuatan kita selama ini juga di bawah China, Korea Selatan, hingga Jepang. Bahkan Greysia/Apriyani pun kaget saat mereka tiba-tiba ada di final.

Baca Juga : Sikap Kami: Sakitnya Mang Oded

Tapi, keduanya menunjukkan hal lain. Greysia/Apri bukan pemain dengan kemampuan teknik paling tinggi di ganda campuran. Namun, harus diakui, keduanya punya semangat, daya juang, dan komitmen tinggi untuk berprestasi. Tengoklah betapa tingginya ambisi Greysia setelah tragedi London 2012.

Halaman :


Editor : Zulfirman