Sikap Kami: Kita Dukung 'GAR' ITB

AKHIR pekan ini, ITB membuat heboh. GAR Alumni ITB melaporkan Din Syamsudin ke Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). Jagad publik langsung riuh rendah.

Sikap Kami: Kita Dukung 'GAR' ITB

AKHIR pekan ini, ITB membuat heboh. GAR Alumni ITB melaporkan Din Syamsudin ke Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). Jagad publik langsung riuh rendah.

Kita mendukung GAR Alumni ITB. Tapi, bukan Gerakan Anti Radikalisme (GAR) Alumni ITB itu. Kita dukung GerAkan Rasionalitas (GAR) Alumni ITB.

Sejumlah media menyebutkan GAR ITB melaporkan Din Syamsudin atas dugaan radikalisme. Mereka membantah. Yang mereka laporkan adalah dugaan-dugaan pelanggaran mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu dalam kapasitasnya sebagai aparatur negara.

Baca Juga : Sikap Kami: Mengkritik Pemerintah, Siapa Berani?

Dalam konteks ini, jika yang dilaporkan adalah pelanggaran regulasi atau etika ASN, pun patut kita pertanyakan. Tentu saja, dasarnya adalah kelompok pelapor. Namanya saja Gerakan Anti Radikalisme, masak sih melaporkan soal pelanggaran regulasi dan etika ASN? Itu sama saja dengan misalnya Indonesia Corruption Watch (ICW) melaporkan maling ayam ke polisi.

Tak elok, tak patut, dan tak pada tempatnya.

Pun, GAR Alumni ITB pun tak hanya mempersoalkan pelanggaran etika Din Syamsudin. Ada sejumlah pihak yang juga pernah dilaporkan. Misalnya, alumni ITB sekaligus anggota Majelis Wali Amanat (MWA), Nurhayati Subakat pun disoal karena perusahannya, Paragon, bersama Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman dan Rumah Amal Salman memberikan beasiswa untuk mahasiswa beragama tertentu saja.

Baca Juga : Sikap Kami: Bersuka di Atas Derita

Apa pula yang hendak dipersoalkan dalam hal ini? Adakah yang salah, misalnya, jika perusahaan sawit memberikan beasiswa buat anak karyawan perusahaan, dan bukan warga kabupaten lokasi perkebunan berada? Tak bisa disoal, kecuali memberikan masukan sebaiknya beasiswa diberikan untuk masyarakat umum. Kalaupun pemberi beasiswa tak menerima, ya sudah, tak apa-apa.

Halaman :


Editor : Zulfirman