Sikap Kami: Kompresor

SALAH satu ilmu yang baik itu ilmu padi. Makin berisi, dia makin merunduk. Makin tinggi, dia jauh dari sifat sombong. Sebab, dia paham, kesombongan adalah jalan menuju kejatuhan.

Sikap Kami: Kompresor

SALAH satu ilmu yang baik itu ilmu padi. Makin berisi, dia makin merunduk. Makin tinggi, dia jauh dari sifat sombong. Sebab, dia paham, kesombongan adalah jalan menuju kejatuhan.

Jatuh di atas keangkuhan adalah jatuh yang sesakit-sakitnya. Mungkin, itulah sebabnya, orang-orang pintar, salah satu di antara padi yang ranum itu, menghindar dari kesombongan.

Tapi, mungkin karena itu pepatah lama, yang memakainya kebanyakan juga orang-orang lama. Orang-orang terpelajar zaman sekarang, dengan gelar pengetahuan yang sangat tinggi pun, tak sedikit yang sudah melupakan ilmu padi.

Baca Juga : Sikap Kami: Tom Moore

Tengoklah, tak sedikit profesor-profesor kita yang bikin gaduh. Miris karena kegaduhan bukan soal pandangan ilmu keahliannya, melainkan pada kepentingan-kepentingannya.

Seorang profesor, misalnya, gaduh karena terlibat adu-mengadu ke kantor polisi. Padahal, yang disoal, bukan bidang keahliannya. Profesor lain malah sibuk menyerang orang lain, juga bukan soal ilmu pengetahuan, melainkan pandangan politiknya.

Apa karena profesor sudah kebanyakan sehingga kita jarang melihat para ahli bergelar serupa di masa lalu. Profesor yang mengabdikan dirinya sungguh-sungguh untuk kepentingan negara.

Baca Juga : Sikap Kami: Mari Jadi Petani Milenial

Kita, misalnya, melihat betapa bermanfaatnya banyak profesor kita di era Orde Baru untuk kemaslahatan negara. Prof Wijdojo Nitisatro, Prof Ali Wardana, Prof Emil Salim, Prof Soebroto, adalah ahli-ahli yang membangkitkan kembali ekonomi kita setelah terpuruk pada Orde Lama.

Halaman :


Editor : Zulfirman