Indahnya Ramadhan Bersama Al-Quran

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan warna ketaatan. Selain ibadah puasa di siang hari, kaum muslimin dapat menikmati keindahan tadabbur dan tilawah al-Quran di malam hari. Dengan merenungkan ayat-ayat al-Quran itulah ketenangan jiwa akan didapatkan.

Indahnya Ramadhan Bersama Al-Quran
Ilustrasi/Net

Para sahabat hidup di bawah naungan al-Quran. Sehingga ayat-ayat suci itu mewarnai hidup dan kehidupan mereka, mewarnai hati dan tingkah laku mereka. Tidak sebagaimana kaum Khawarij yang hanya menjadikan al-Quran sebagai hiasan di bibir dan lisan mereka. Akan tetapi, pemikiran dan keyakinan mereka melesat dari agama sebagaimana melesatnya anak panah menembus sasarannya.

Kaum Khawarij itulah -meskipun mereka memiliki banyak hafalan al-Quran dan bersungguh-sungguh dalam beribadah- kelompok orang yang mendapatkan celaan keras dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Merekalah yang disebut sebagai anjing-anjing neraka. Sejelek-jelek manusia dan seburuk-buruk kaum yang terbunuh di bawah kolong langit ini. Bahkan, bagi orang yang berhasil membunuh mereka Nabi janjikan pahala yang besar di sisi Allah pada hari kiamat kelak.

Para sahabat radhiyallahuanhum tidak memandang al-Quran sebagai kumpulan dongeng atau cerita pelipur lara belaka. Bahkan, mereka menjadikan al-Quran sebagai undang-undang kehidupan mereka dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, dalam hidup individu dan rumah tangga. Mereka pun tidak menganggap bahwa masa berlakunya hukum-hukum Kitabullah hanya untuk dua atau tiga generasi saja. Bahkan, al-Quran itu cocok dan sesuai dengan segala masa dan suasana. Oleh sebab itu Abdullah bin Masud radhiyallahuanhu berpesan, "Ikutilah tuntunan dan janganlah kalian mengada-adakan ajaran baru, karena sesungguhnya kalian telah dicukupkan."

Baca Juga : Dua Amalan Dahsyat Selepas Makan Sahur! Jangan Sia-siakan dengan Ngobrol Apalagi Nonton

Para sahabat radhiyallahuanhum menjadikan al-Quran sebagai sesuatu yang harus diyakini dan diamalkan, bukan sesuatu yang harus diragukan apalagi untuk diperdebatkan! Mereka sangat yakin bahwa al-Quran adalah sebaik-baik pembicaraan, sejujur-jujur perkataan, dan sebaik-baik petunjuk bagi kemanusiaan.

Ia diturunkan dari sisi Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Tidaklah datang kepadanya kebatilan, dari arah depan, maupun dari arah belakang. Seandainya seluruh manusia bersatu padu untuk membuat sesuatu yang serupa dengannya, niscaya mereka akan gagal dan tidak sanggup melakukannya, meskipun mereka bahu-membahu dan saling membantu satu dengan yang lain. Tidak mungkin mereka bisa menandingi mukjizat yang agung ini. Inilah kemuliaan al-Quran yang akan membuat tentram dan sejuk hati insan beriman. Dan sebaliknya, ia tidak akan mendatangkan pengaruh kepada orang-orang yang zalim kecuali kerugian dan kebencian.

Salafus shalih telah memberikan teladan kepada kita dalam mewarnai bulan yang mulia ini dengan interaksi yang intensif bersama al-Quran. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri setiap tahunnya menyetorkan hafalan al-Quran kepada Jibril alaihis salam di setiap malam di bulan Ramadhan. Demikian pula salafus shalih, mereka memperbanyak membaca al-Quran di bulan Ramadhan, di dalam maupun di luar sholat.

Az-Zuhri rahimahullah berkata apabila telah masuk bulan Ramadhan, "Sesungguhnya ini adalah kesempatan untuk membaca al-Quran dan memberikan makanan." Imam Malik rahimahullah, apabila telah datang bulan Ramadhan maka beliau menutup majelis hadits dan mengkhususkan diri untuk membaca al-Quran dari mushaf. Qatadah rahimahullah pada bulan Ramadhan mengkhatamkan al-Quran setiap tiga malam, sedangkan pada sepuluh hari terakhir beliau mengkhatamkannya setiap malam. Begitu pula Ibrahim an-Nakhai rahimahullah, pada sepuluh hari terakhir beliau mengkhatamkan al-Quran setiap dua malam (lihat Majalis Syahri Ramadhan karya Syaikh Utsaimin, hal. 26-27 cet. Dar al-Aqidah). [ ]


Editor : Bsafaat